اطلبوا العلم ولوبالصين فان طلب العلم فريضة على كل مسلم ان الملا ئكة
تضع اجنحتها لطالب العلم
رضابمايطلب
“Tuntulah ilmu
walau di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah wajib bagi
setiap muslim. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-saya mereka kepada
para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut”
(Hadits Riwayat Ibnu Abdil Bar)
Hadits yang diriwayatkan Ibnu Abdil Bar di atas, menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah sebuah
kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Menuntut ilmu
diperlukan sebuah usaha, meskipun itu jauh dari tempat tinggal, dan dalam
hadits tersebut kita harus menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Mengapa
harus ke Cina?, mungkin pada saat itu kemajuan peradaban yang ada di Cina.
Sungguh sangat pentingnnya ilmu pengetahuan, sampai-sampai menuntut
ilmu diwajibkan bagi setiap muslim, dan kita disuruh menuntut ilmu sampai ke
negeri Cina. Karena dengan menuntut ilmu kita akan bertambahnya ilmu
pengetahuan, guna bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Misalnya yang
berkaitan dengan keduniaan, dengan kemajuan teknologi di zaman sekarang, banyak
manusia yang menghasilkan teknologi yang dapat mempermudah pekerjaaan manusia,
seperti: robot, mesin, telepon, listrik dan sebagainya, itu semuanya adalah
berkat ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan persiapan kehidupan di akhirat,
kita perlu memerlukan ilmu pengetahuan yang dapat membekali kita di akhirat
kelak. Dengan demikian, berbekal ilmu pengetahuan yang kita punya, kebahagian di
dunia dan di akhirat sebagai tujuan hidup insya Allah akan tercapai.
من ارا دالدنيا فعليه بلعلم ومن ارا دالاخرة فعليه بلعلم ومن ارا دهما
فعليه بالعلم
Artinya:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia, maka dengan ilmu, dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka dengan ilmu, dan
barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat), maka
dengan ilmu.”
Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dari pendidikan formal maupun
non formal, untuk pendidikan formal bisa kita tempuh mulai dari SD/MI hingga ke
Perguruan Tinggi, sedangkan pendidikan non formal bisa di dapat dari majelis
ta’lim, televisi, radio, dan sebagainya. Dalam mencari ilmu, kita perlu akan
namanya guru, guna mengarahkan dan membimbing kita, karena tanpa adanya guru
kita bisa keblinger.
Mencari ilmu kita harus mengindahkan yang namanya tata cara dalam
menuntut ilmu atau etika dalam menuntut ilmu, tidak seenaknya sendiri yang bisa
membuat sakit hati dan amarah sang guru. Adapun tata cara menuntut ilmu adalah
sebagai berikut:
1. Belajarlah
dengan giat dan penuh semangat. Berusaha menggunakan waktu dengan sebaiknya,
jangan sampai berlalu begitu saja tanpa ada manfaatnya.
2. Pelajari
dengan baik pelajaran-pelajaran yang telah ditetapkan, sebelum engkau
mendengarkannya dari guru di kelas. Apabila ada permasalahan yang menyulitkan,
maka jangan ragu untuk bertanya dan mengungkapkan kepada salah seorang teman,
agar dapat mendiskusikan dengannya sehingga dapat memahaminya. Dan jangan
beralih pada permasalahan lain, sebelum masalah pertama benar-benar dipahami.
3. Apabila
telah ditempatkan pada satu tempat duduk tertentu oleh sang guru, maka jangan
duduk di tempat lain. Bila seorang teman mengganggu dengan menduduki tempat
duduk kita, maka jangan mencacinya atau bersikap kasar kepadanya. Tetapi cukup
kita laporkan kepada sang guru. Guru kita akan menyelesaikan persoalan dan
menempatkan kita di tempat yang telah ditentukan.
4. Apabila
guru telah memulai membacakan pelajaran, maka jangan sibuk berbicara dengan
teman dan jangan berdebat dengannya. Perhatikan penjelasan guru dengan baik.
Janganlah larut dalam lamunan dan hayalan di tengah-tengah pelajaran yang
berlangsung. Bila menemukan kesulitan dalam memahami suatu persoalan yang telah
diterangkan, maka mintalah kepada guru dengan sopan untuk mengulangi keterangan
sekali lagi. Janganlah berkata keras kepada guru dan jangan menentangnya, jika
guru tidak memperhatikan ucapan kita.
5.
Bila
seorang murid telah melanggar sopan santun di hadapan guru, maka harga dirinya
di mata guru dan teman-temannya jatuh dan dia berhak mendapatkan peringatan dan
hukuman atas ketidaksopanannya tersebut.
6. Apabila
kita tidak menghormati guru kita lebih dari ayah kita, maka kita tidak akan
dapatkan manfaat dari ilmu dan pelajaran yang disampaikan.
7.
Hiasan
ilmu adalah tawadhu’ (merendahkan diri) dan sopan santun. Barang siapa yang
tawadhu’ karena Allah, maka derajatnya diangkat oleh-Nya. Allah akan menjadikan
seluruh makhluk-Nya cinta kepadanya. Tetapi barangsiapa sombong dan berakhlak
jelek, maka jatuhlah martabatnya dalam pandungan manusia dan Allah menjadikan
orang-orang benci kepadanya, bahkan hampir semua orang tidak memuliakan dan
tidak menyayanginya.
8. Tidak
ada sesuatu yang lebih membahayakan kepada pelajar dari pada kemarahan guru dan
ulama’. Karena itu, berhati-hatilah, jangan sampai membuat guru marah atau
bertingkah tidak sopan di hadapannya. Sebab kemarahan guru itu paling tidak
membuat kekecewaan. Oleh sebab itu, terimalah nasihat ini. Carilah keridhoan
guru-guru kita dan mohonlah doa agar kita mendapatkan kemudahan dalam menuntut
ilmu, mudah-mudahan Allah mengabulkan doa kita, hingga kita sukses.
9. Apabila
engkau sedang berkhalwat, perbanyaklah berdo’a dan mendekatkan diri kepada
Allah, agar Allah memberi kita ilmu yang manfaat dan mengamalkannya.
Sesungguhnya Allah maha mendengar segala do’a dan Maha Luas Anugerah-Nya.
Selanjutnya dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abdil Bar, para
malaikat membentangkkan sayap-sayap kepada orang yang menuntut ilmu, karena
senangnya. Begitun pentingnya ilmu pengetahuan bagi seseotang sehingga malaikat
bangga kepadanya. Selain itu, para penuntut ilmu oleh Rosulullah Saw. akan
dijanjikan diberikan kemudahan jalan ke surga.
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله به طر يقا الى الجنه
Artinya:
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menutut ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (Hadits Riwayat Muslim)
Semoga kelak kita semua dipermudahkan menuju surganya Allah, berkat
menuntut ilmu pengetahuan yang kita lakukan selama ini. Amin…!!!
Sumber:
Muhammad Syakir, Alih Bahasa: H.M. Fadlil Sa’id An-Nadwi. Nasihat
Ayah Kepada Anaknya Agar Menjadi Manusia Berakhlak Mulia (Terjemahan Washoya
Al-Abaa’ Lil-Abnaa’). Surabaya: Al-Hidayah.
http://rujukanilme.blogspot.com. saling berbagi.salam kompak sukses trus
ReplyDeletehttp://rujukanilme.blogspot.com. saling berbagi.salam kompak sukses trus
ReplyDelete