ان عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتب الله يوم خلق السموت
والارض منها اربعة حرم , ذلك الذين القيم , فلا تظلموا فيهن انفسكم وقاتلوا
المشركين كافة كمايقاتلونكم كافة , واعلموا ان الله مع المتقين
Artinya:
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan,
(sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi,
di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah
kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan
ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang takwa.” (Qs. At-Taubah [9]: 26)
Pada ayat di atas, dijelaskan bahwa jumlah bulan menurut Allah Swt.
ada dua belas bulan dan ini sudah tertulis dalam lauful mahfudz, semenjak
penciptaan bumi dan langit. Jumlah bulan yang dua belas ini sama dengan halnya
jumlah bulan dalam tahun-tahun yang ada sekarang, seperti penanggalan qomariyah
dan syamsiyah. Akan tetapi yang dimaksud bulan pada ayat di atas adalah bulan
qomariyah.
Dalam dua belas bulan yang ada, terdapat empat bulan haram, yakni
empat bulan yang dilarang untuk melakukan peperangan. Terkecuali jikalau
orang-orang musyrikin mengkhianati atau menyerang pada bulan haram tersebut
maka kita wajib untuk mempertahankan diri dan membalas kejahatan dengan
kejahatan, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 217:
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan
haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi
menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang
masuk) Masjidil Haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar
(dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad
(keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara kamu
dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya
di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”
Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram terebut.
Bulan rajab merupakan bulan ketujuh dari penanggalan hijriyah, dan pada bulan
inilah Rosulullah Saw. melakukan Isro’ Mi’roj dan mendapatkan perintah sholat
lima waktu.
رجب شهر الله , وسعبان شهري , ورمضان شهرامة
Artinya:
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan
adalah bulan umatku.”
Seperti yang kita ketahui bahwa kata Rajab tersusun atas huruf Ro’,
Jim, dan Ba’. Dari masing-masing huruf ini memiliki makna
tersendiri, ro’ yaitu rohmatullah (rahmat Allah Swt.), jim
yakni jurmul ‘abdi wajinayatuhu (dosa-dosa kemaksiatan yang dilakukan
manusia), sera ba’ yang artinya birullah (kebaikan Allah Swt.).
Sebuah cerita dikisahkan tentang seorang perempuan dari tanah
Baitul Maqdis. Dia adalah seorang ahli ibadah. Dan ketika bulan rajab datang
dia meningkatkan ibadahnya dengan amalan-amalan sunnah serta dengan membaca
surah Al-Ikhlas sebanyak 12.000 kali. Karena sangat memuliakan bulan Rajab ini
dan mengharap ridho Allah swt. dengan beberapa amalan yang dilakukan, sehingga
membuat lupa akan kesehatannya dan dia sakit. Ketika sakit, perempuan ini
berwasiat kepada anak laki-lakinya “Nak….!! kalau nanti ibu meninggal, ibu
kafani dengan mukena yang ibu pakai buat memuliakan bulan Rajab ini.”
Perempuan ini pun meninggal dunia, dan anak laki-lakinya tidak
melakukan wasiat sang ibu. Mungkin dia malu dengan tetangganya, karena kain
yang digunakan untuk mengafani ibunya kain yang kumal. Setelah menguburkan sang
ibu, malamnya anak laki-laki ini mimpi didatangi ibunya “Kenapa nak kamu tidak
melakukan wasiat ibu. Aku tidak Ridho.” Akhirnya, laki-laki itu terbangun dari
tidurnya dan merasa bingung karena tidak mendapat ridho dari sang ibu.
Sang anak pun mendatangi makam sang ibu dan menggalinya. Akan
tetapi jasad sang ibu tidak ada, dan membuat anak ini menangis sejadi-jadinya
dan dan merasa kebingungan bagaimana lagi caranya untuk melakukan wasiat sang
ibu, serta kemudian terdengar suara “Barang siapa yang memuliakan bulan Rajab,
tidak akan sendirian di dalam kuburnya. Dan akan ditempatkan di tempat yang
paling mulia.”
Sebuah kisah lagi diceritakan ketika sahabat Syauban sedang
berjalan-jalan bersama dengan Rosulullah Saw.
Dan ketika sampai di kuburan, Rosulullah Saw. berhenti, menagis, dan memanjatkan
doa kepada Allah Swt. Lantas sahabat Syauban bertanya, “Mengapa menangis, Ya
Rosulullah…??”
“Penduduk kuburan ini sedang mendapatkan siksa. Dan saya menangis
karena tidak tega, serta memohon keringanan siksaan kepada Allah Swt.” jawab
Rosulullah Saw.
Lantas Rosulullah Saw. berkata, “Sahabat Syauban.. andaikan kita
puasa satu hari datau malamnya kita
tidak tidur untuk berdzikir dan meminta pengampunan kepada Allah Swt., maka dia
tidak akan di adzab dan disiksa alam kuburnya.
Melihat dua cerita di atas, bahwa keuatamaan di bulan Rajab ini
sangat agung. Maka kita yang diberikan kesempatan masih hidup di bulan Rajab
ini, maka sepatutnya kita meningkatkan amalan ibadah (puasa, dzikir, dsb), dan
meminta pengampunan serta keselamatan di hari kiamat. Karena belum tentu kita
masih hidup dibulan Rajab yang akan datang.
Tulisan ini merupakan intisari dari pengajian rutin 2 mingguan
(Rabu, 22 April 2015) di Mushollah Al-Hidayah (Desa Gayam Rt. 01 Rw. 03
Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan) yang diasuh oleh Ustadz Abdulloh
0 comments:
Post a Comment