NEGERI SUSHIE VS NEGERI LEMPER



Tanggal 28 Maret 2015 dengan mengejutkan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kesekian kalinya. Dengan naiknya harga BBM ini, tentunya akan menaikkan pula harga barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok di pasaran. Semakin hari kenaikan harga semakin mencekik leher warga Indonesia yang sebenarnya hidup dengan “gemah ripah loh jinawi” dan memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah, yang terbentang dari Sabang hingga Merauke.

Disaat negara-negara maju sedang sibuk membicarakan mobil dengan tenaga hybrid, negara ini masih saja disibukkan dengan permasalahan kenaikan BBM. Sungguh negeri ini tertinggal jauh dengan negara lainnya. Semuanya sudah pasti tahu, hal ini terjadi karena disebabkan kurang giatnya dan kurang memaksimalkan fungi akal pikiran yang diberikan oleh Allah Swt. Dan parahnya hal ini sudah mengakar dalam diri hampir semua rakyat secara kompak, meskipun ada pula segelintir orang yang tidak terjerumus oleh virus kurang giat dan kurang memaksimalkan Akal tersebut. Tapi sekali lagi, itu hanya segelintir.

Ketertinggalan dan keterlambatan negeri ini dengan negara lainnnya selalu diterima rakyat negeri ini dengan lapang dada, seolah-olah apa yang telah terjadi adalah takdir Ilahi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kemalasan sama sekali, padahal semuanya adalah bersumber dari masing-masing individu rakyat negeri ini.

ذلك بان الله لم يك مغيرا نعمة انعمها على قوم حتى يغيروا ما بانفسهم
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberika-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Al-Anfal [8]: 53)

Layaknya seorang manusia, untuk memperbaiki sebuah penampilan, maka perlu adanya sebuah cermin untuk mengoreksi apa yang kurang, dan apa yang sudah pas. Begitu pula dengan negeri ini, Untuk memperbaiki ketertinggalan dan keterlambatan yang terjadi sekarang, maka perlu sebuah negara maju dan berprestasi untuk dijadikan contoh yang kemudian dijadikan suri tauladan. Mungkin dalam hal ini yang bisa kita jadikan teladan adalah negara Jepang. Negeri matahari terbit yang memiliki segudang prestasi dan negara yang hampir sempurna, jika dibandingankan negera-negara maju lainnya. Contohnya Amerika Serikat yang lebih suka memberikan pinjaman kepada negara-negara miskin.

Berbicara masalah pinjaman atau hutang negara, negeri ini memiliki banyak hutang jika dibandingkan dengan Jepang (hutang Indonesia sekarang Rp. 3.534 Triliun). Jepang hampir tidak mempunyai hutang negara sama sekali. Benar-benar layak negeri sakura ini kita jadikan contoh untuk berbenah. Maka dari itu, kita harus tahu seperti apa negara yang bisa kita jadikan cermin ini?

Tentang saudara kita yang sukses.

Tanggal 1 Maret 1942 Jepang pertama kali mendarat di Indonesia, bukan lain untuk menjajah negeri ini. Mengusir Belanda yang selama 350 tahun berkuasa dan menempatkan dirinya sebagai penguasa baru atas negeri ini. Memang dahulu, Jepang terkenal kekejaman dan kebengisannya dalam menjajah, akan tetapi itu tidak berlangsung lama layaknya Belanda.

Selama tiga tahun Jepang menjajah Indonesia, sebab Jepang kalah dalam percaturan perang dunia kedua, dengan dijatuhkannnya bom atom di dua pusat kota Jepang (Hiroshima dan Nagasaki). Peristiwa pengeboman ini merupakan sejarah kelam peperangan yang terjadi di dunia. Serang bom yang melululantakkan negeri Jepang dan mengakibatkan jatuhnya banyak korban di kedua kota tersebut. Tidak hanya itu, akibat yang ditumbulkan setelah serangan bom itu adalah penderitaan yang berkepanjangan dari generasi ke generasi akibat dari radiasi kimia yang diturunkan melalui genetika.

Begitu pula dengan sistem perekonomian di Jepang mengalami kelumpuhan dan kerusakan. Akibatnya Jepang harus merangkak tertatih-tatih untuk membangun perekonomiannya kembali mulai dari nol. Dan usaha merekapun tidak sia-sia. Sekarang Jepang sudah berada ditingkat teratas dalam posisi rangking perekonomian dunia, menyaingi negara-negara barat yang seakan sudah lesu dan loyo.

Kecermelangan bidang ekonomi negeri sakura seperti sekarang, sepertinya dengan gampang digapainya laksana hanya membalikkan telapak tangan, semuanya adalah berkat warga negaranya yang tidak pernah patah semangat saat menemui hambatan dalam memperjuangkannya. Jika mereka gagal mencapai sukses dalam suatu bidang tertentu, maka mereka akan mencoba keberuntungan pada bidang yang lain hingga akhirnya mereka berhasil. Juga karena mereka tidak suka membuang waktu, dengan melakukan hal yang tidak bermanfaat. Itulah sebabnya, mereka suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku di dalam kendaraan umum dari pada tidur. Berbeda dengan masyarakat negeri ini, yang menghabiskan waktunya dengan duduk-duduk di pinggir jalan dengan bermain kartu atau catur, sungguh benar-benar kontras dengan rakyat Jepang.

Sumo, kimono dan origami seolah tidak asing lagi di telinga masyarakat dunia. Orang jepang memang sangat bangga dengan budaya-budaya yang mereka miliki. Bahkan, disaat melakukan hubungan bilateral pun, mereka lebih memilih menggunakan bahasanya sendiri dari pada menggunakan bahasa Inggris, karena itulah bahasa Mandarin sekarang mulai banyak diminati oleh berbagai kalangan atas di seluruh dunia, tidak lain dan tidak bukan tujuannya hanyalah agar lebih mudah bekerja sama dengan mereka.

Semua orang tahu, budaya barat menjadi trend saat ini. Tetapi, karena rasa patriotisme yang sangat besar, mereka mampu menyesuaikan budaya barat dengan budaya yang mereka miliki. Sehingga, mereka bisa tetap melanglang buana tanpa harus kehilangan identitas bangsanya sama sekali. Dan sebagai tambahan, dalam masalah pendidikan dan kesehatan adalah yang terbaik di dunia, karena itulah warga Jepang hampir 100 persen bisa baca tulis.

Memang tidak gampang memiliki kepribadian hebat seperti yang dimiliki oleh bangsa Jepang. Selain butuh waktu yang tidak sebentar, sikap disiplin, rasa cinta tanah air, dan optimis perlu dibiasakan sejak dini, sebagaimana yang dicontohkan oleh masyarakat Jepang.

Persamaan kita dan mereka.

Bagai pinang dibelah dua, yang satu terbelah sempurna, sedang yang satu lagi terbelah tak beraturan. Mungkin itulah pengibaratan yang tepat untuk mengambarkan kondisi dua negara, Indonesia dan Jepang. Keduanya memang memilik banyak kesamaan, tetapi sangat tidak sama.

Jika dilihat dari tinggi badan masyarakat dua negara ini, sama-sama memiliki tubuh yang mungil. Dilihat dari kondisi geografisnya, sama-sama berada di wilayah Asia, negara kepulauan, jumlah penduduknya sangat tinggi, dan memiliki gunung-gunung berapi, yang menyebabkan sering dilanda oleh bencana alam. Tanah longsor, banjir, gunung meletus, sudah beberapa kali menjadi tamu tak diundang dua negara ini.

Tapi…..

Di samping memiliki beberapa persamaan yang membuat kita lebih mudah untuk menyamai bangsa Jepang, ada juga perbedaan-perbedaan mendasar yang membuat kita benar-benar kelabakan untuk mencapai kesejahteraan layaknya bangsa Jepang yang gaji per kapita penduduknya mencapai $ 38.457 atau kurang lebih Rp. 500.000.000,00 per tahun. Bandingkan dengan kita , Rp. 100.000.000,00 per tahun saja masih mimpi.

Sebenarnya bisa saja kita hidup dengan kekayaan yang melimpah dari hasil bumi yang subur, pertambangan yang banyak, dan minyak yang seakan menyembur dari berbagai penjuru, dan bahkan terlalu melimpahnya sampai menjadi hal yang berbahaya, sebagai contoh kasus lumpur lapindo, yang bercampur dengan lumpur.
Seperti yang kita tahu, kita tidak bisa menjadi tuan di rumah sendiri. Banyak perusahaan asing yang mendominasi sehingga rakyat negeri ini bekerja untuk asing, bukan untuk diri sendiri. Padahal, jika kita lihat lebih jauh, Jepang tidak mempunyai sumber daya alam yang melimpah seperti kita, akan tetapi mereka bisa menguasai pasar dunia. Inilah perbedaan kita dengan Jepang. Para pekerja di Jepang menggunakan otak dan tenaga untuk meningkatkan penghasilan dengan terus menerus meningkatkan produktivitas agar mendapatkan tambahan gaji yang layak. Sedangkan kita, memilih cara yang instan dengan melakukan demonstrasi untuk meminta kenaikan gaji.

Dari segi fisik kita sama dengan mereka, dari segi geografis pun kita jauh lebih baik dari mereka, apalagi dalam masalah otak, otak kita sama Asia-nya dengan mereka. Hanya saja otak yang kita miliki terlalu banyak menganggur hingga menjadi tumpul, yang menyebabkan penduduk kita malas dan kurang giat bekerja. Sebagai contoh kemalasan kita, setiap hari kita bermanjakan dengan mobil dan motor untuk pergi kemanapun, padahal sebagai negara yang memproduksi mobil dan motor, setiap harinya warga Jepang terbiasa berjalan kaki untuk pergi ke tempat kerja, sekolah, hingga ibu-ibu pergi ke pasar. Sedangkan kita, dalam jarak 1 kilo meter saja menggunakan kendaraan bermotor, dan pelajar-pelajar SMP-SMA kita sudah menggunakan motor.

Negara jepang yang mayoritasnya bukan beragama Islam, lebih terbiasa menerapkan “man jadda wajada, man shabara zhafira, man saara ala darbi washala”, yang jelas-jelas milik kita dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mempunyai prinsip, sedangkan kita?. Dan harus kita akui jika kita menginginkan sesuatu, kita lebih terbiasa mengucapkan “Seandainya aku bisa memiliki rumah seperti istana….”, berbeda dengan warga Jepang “Bagaimana caranya aku memiliki rumah seperti istana dengan cara yang halal…”

Mungkin letak perbedaan kalimatnya hanya sedikit, tetapi dampaknya sama sekali berbeda, yang satu hanya berisi khayalan, dan yang satunya lagi berisi sebuah harapan dan akan menjadi sebuah kenyataan bila direalisasikan. Tentu saja hal itu bisa diraih bukan dengan kerja yang leha-leha. Lalu kenapa kita masih bermalas-malasan?

Kita terus saja terperangkap dalam kemelaratan, keterbelakangan dan keterlambatan. Mungkin ada yang tidak seperti itu, tetapi kita sedang membicarakan mayoritas masyarakat Indonesia, bukan minoritas. Memang keadaan yang serba glamour hanya bisa dinikmati oleh kalangan-kalangan tertentu saja yang jumlahnya benar-benar sedikit dan sangat-sangat minoritas dibandingkan jumlah keseluruhan mayoritas warga Indonesia. Untuk melakukan hal itu tidak dibutuhkan sekedar bekal semangat 1945 saja, tetapi diperlukan kerja keras dan ketekunan agar lebih maju. Nah, pertanyaan yang tepat untuk saat ini, “siapakah yang mau mempelopori perkembangan bangsa ini?”.

Referensi:
Bimbie. TT. Pendpatan Per Kapita Negara di Dunia. Tersedia [on-line]: http://www.bimbie.com/pendapatan-per-kapita-negara-di-dunia.htm (Diakses: 10 Mei 2015)

Daffa, Rafif. 2013. Sejarah Dibalik Pengeboman Kota Hiroshima Dan Kota Nagasaki. Tersedia [on-line]: http://rafifdaffa.blogspot.com/2013/08/sejarah-dibalik-pengeboman-kota_5.html (Diakses: 10 Mei 2015) 

Fira. 2015. Tahun 2015, Indonesia Hidup Dalam Tumpukan Hutang. Tersedia [on-line]L http://www.obsessionbews.com/tahun-2015-indonesia-hidup-dalam-tumpukan-hutang/ (Diakses: 10 Mei 2015)

Ghozali, Nurul dan Khoirel. 2008. Negri Dorayaki dan Negri Tettel. Dalam El-Wardah: Media Informasi Santri Putri Salafiyah Bangil Edisi: 184/XXIII/Jumadil Ula 1429 H – Juni 2008.

Humaidah, Nur dan Uci N. Hidayati. 2008. Utek-utek BBM. Dalam El-Wardah: Media Informasi Santri Putri Salafiyah Bangil Edisi: 184/XXIII/Jumadil Ula 1429 H – Juni 2008.

Kementerian Agama RI. 2011. At-Thayyib: Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemahan Per Kata. Bekasi: Cipta Bagus Segara.

Pranowo, Lilih Prilian Ari. 2013. Sejarah Jepang Masuk ke Indonesia. Tersedia [on-line]: http://yangterdi.blogspot.com/2013/04/sejarah-jepang-masuk-ke-indonesia.html (Diakses: 10 Mei 2015)

*****

Penulis : Bakhrul Ulum ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel NEGERI SUSHIE VS NEGERI LEMPER ini dipublish oleh Bakhrul Ulum pada hari Wednesday, 13 May 2015. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan NEGERI SUSHIE VS NEGERI LEMPER
 

0 comments:

Post a Comment