SUBSTANSI HAWA NAFSU MANUSIA
Dalam
bahasa Indonesia, kata ‘nafsu’ bermakna positif dan negatif, sama halnya dengan
istilah al-nafs dalam Alquran. Dalam
pengertian negatif, kata ini diartikan sebagai dorongan hati yang kuat untuk
berbuat tidak baik. Dan berkonotasi positif ketika dipahami sebaga gairah,
selera atau keinginan terhadap sesuatu.
Dalam
segi postitif, peranan hawa nafsu merupakan daya yang paling mampu membentuk
suluk (perilaku) manusia. Oleh sebab itu Allah banyak mengaitkan masalah
penting dengan hawa nafsu. Nafsu menjamin terpenuhinya beragam kebutuhan primer
seperti interaksi seksual, reproduksi dan sebagainya. Kedua hal itu merupakan
bagian vital bagi kesempurnaan hidup manusia. Tanpa proses itu, spesies manusia
akan mati dan punah. Untuk itu Allah menganugerahi nafsu seksual demi menjamin
kelangsungan dan kelestarian manusia. Demikian juga Allah menggantungkan fisik
manusia pada nafsu makan dan minum. Tanpa nafsu itu manusia akan dapat
menumbuhkan lagi sel-sel yang telah rusak oleh gerakan dan kerja.
Selanjutnya,
hawa nafsu juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam merusak hidup
manusia. Setan beroperasi dalam jiwa manusia melalui hawa nafsu. Dalam Alquran Allah
memerintahkan kita untuk mencegah jiwa dari rayuan hawa nafsu bahkan
menyingkirkannya jauh-jauh. Perintah tersebut sesuai dengan Alquran Surah Shaad
ayat 26:
“… dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah…”
Dalam
menghadapi hawa nafsu tersebut, Allah telah member manusia akal dan agama
sebagai dua petunjuk menuju jalan yang lurus. Peran akal ialah mangatur
perilaku manusia dari dalam jiwa, sedangkan agama mengatur perilaku manusia
dari luar. Sebagaimana diriwayatkan dari Amir Al-Mukminin, Sayyina Ali Ra. “Akal merupakan syariat dalam diri manusia,
sedang syariat merupakan akal di luar diri manusia”
###@###
0 comments:
Post a Comment