Analisis Regresi



ANALISIS REGRESI

A.  Pendahuluan
Metode analisis yang telah dibicarakan hingga sekarang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah karakteristik atau atribut (jika data itu kualitatif) dan mengenai sebuah variabel, diskrit ataupun kontinu (jika data itu kuantitatif). Tetapi, sebagaimana disadari, banyak persoalan atau fenomena yang meliputi lebih dari sebuah variabel. Misalnya: berat orang dewasa laki-laki sampai taraf tertentu tergantung pada tingginya, tekanan semacam gas bergantung pada temperatur, hasil produksi padi tergantung pada jumlah pupuk yang digunakan, banyak hujan, cuaca, dan sebagainya.
Jika kita mempunyai data yang terdiri atas dua atau lebih variabel, adalah sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu berhubungan. Hubungan yang didapat pada umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Studi yang menyangkut masalah ini dikenal dengan analisis regresi.
B.  Pembahasan
Analisis regresi akan dibedakan dua jenis variabel ialah variabel bebas atau variabel prediktor dan variabel tak bebas atau variabel respon. Penentuan variabel mana yang bebas dan mana yang tak bebas dalam beberapa hal tidak mudah dapat dilaksanakan. Studi yang cermat, diskusi yang seksama, berbagai pertimbangan, kewajaran masalah yang dihadapi dan pengalaman akan membantu memudahkan penentuan. Variabel yang mudah didapat atau tersedia sering dapat digolongkan ke dalam variabel bebas, sedangkan variabel yang terjadi karena variabel bebas itu merupakan variabel tak bebas. Untuk keperluan analisis, variabel bebas akan dinyatakan dengan X1, X2, X3, …….., Xn, sedangkan variabel tak bebas dinyatakan dengan Y. (Misalnya: untuk fenomena yang meliputi hasil tes formatif dan dan hasil tes sumatif, sebaliknya diambil variabel bebas atau prediktor X = hasil tes formatif, dan variabel tak bebas atau respon Y = hasil tes sumatif).
Apabila variabel X dan Y mempunyai hubungan maka perubahan nilai variabel yang satu akan mempengaruhi varibel lainnya. Hubungan variabel dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi, missal Y = f (x) → Y = 2 + 1,5 X. Apabila bentuk fungsi sudah diketahui, maka dengan mengetahui nilai dari suatu variabel (= X), nilai variabel laiinya (= Y), dapat diperkirakan atau diramalkan. Data hasil ramalan yang dapat menggambarkan kemampuan untuk waktu yang akan datang, sangat berguna bagi dasar perencanaan.
Variabel yang akan diramalkan harus dituliskan pada ruas kiri persamaan dan disebut variabel tidak bebas (dependent variable), sedangkan variabel yang nilainya dipergunakan untuk meramal disebut variabel bebas (independent variable). Dalam contoh Y = 2 + 1,5 X, Y = variabel tidak bebas, sebab nilanya tergantung pada nilai X. Kalau X = 10, Y = 2 + 1,5 (10) = 17 dan kalau X = 20, Y = 2 + 1,5 (20) = 32, tidak bias lain dari itu.
Untuk memperkirakan hubungan antara dua variabel tidak mungkin tanpa membuat asumsi terlebih dahulu mengenai bentuk hubungan yang dinyataka dalam fungsi tertentu. Dalam beberapa hal kita bisa mengecek asumsi tersebut setelah hubungan diperkirakan. Fungsi linier, selain mudah interpretasinya, juga dapat digunakan untuk dipergunakan sebagai pendekatan (approximation) atas hubungan yang bukan linier (non linier). Fungsi linier mempunyai bentuk sebagai berikut:
Y = a + b X
a dan b = konstanta atau parameter yang harus diestimasi.
a = jarak titik asal O dengan perpotongan antara sumbu Y dan garis fungsi linier atau besarnya nilai Y kalau X = 0, sering disebut “intercept coefficient”
b = koefisien arah = koefisien regresi =besarnya pengaruh X terhadap Y, kalau X naik 1 unit sering disebut “slope coefficient”




 



Gambar fungsi linier
∆ = delta, simbol pertambahan.
∆X = delta X, pertambahan X
∆Y = delta Y, pertambahan Y
b = ∆Y/∆X = rata-rata pertambahan Y per 1 unit (satuan) pertambahan X, atau kalau X bertambah satu unit, Y bertambah b kali.
Y = 2 + 1,5 X, a = 2, b = 1,5 artinya kalau X = 0, Y = 2
kalau X bertambah 1 unit, Y bertambah 1,5 unit.

Contoh:
“Apakah hasil tes sumatif dapat diramalkan dari hasil tes formatif?”
Subjek
Xi
Yi
XiYi
Xi²
Yi²
A
5
6
30
25
36
B
6
8
48
36
64
C
7
7
49
49
49
D
6
8
48
36
64
E
5
6
30
25
36
F
6
8
47
36
64
G
6
7
42
36
49
H
5
6
30
25
36
I
6
6
36
36
36
J
8
8
64
64
64
K
6
7
42
36
49
L
6
6
36
36
36
M
5
6
30
25
36
N
6
7
42
36
49
O
8
6
48
64
36
P
4
6
24
16
36
Q
6
8
48
36
64
R
6
7
42
36
49
S
7
9
63
49
81
T
6
8
48
36
64
N = 20
ΣXi = 120
ΣYi = 140
ΣXiYi = 848
ΣXi² = 738
ΣYi² = 998
Dari data di atas didapatkan:
b = 0,44
Misal Subjek A, X = 5, Y = 6, dan b = 0,44 disubtitusikan ke persamaan Y = a + bx
Y = a + b X
6 = a + 0,44 . 5
6 = a + 2,2
a = 6 – 2,2
a = 3,8
Jika kita ingin menduga atau meramalkan hasil tes sumatif (Y), atas dasar hasil tes formatif (X), kita tinggal menyebutkan hasil tes formatif tertentu, misalnya hasil tes formatif salah satu siswa adalah 8, maka kita tinggal mencari persamaan untuk Y (hasil tes sumatif). Dengan contoh nilai X = 8, maka nilai Y nya adalah:
Y = a + b X → a = 3,8   b = 0,44 dan X = 8
Y = 3,8 + 0,44 . 8
Y = 3,8 + 3,52
Y = 7,32
Hasil penghitungan tes sumatif (yang dilambangkan dengan nilai Y), menyatakan bahwa siswa yang hasil tes formatifnya 8, dengan nilai persamaan Y = 3,8 + 0,44 X, memperkirakan hasil tes sumatif siswa (Y) akan sebesar 7,32 (jika dibulatkan menjadi 7). Untuk setiap nilai atau skor tes formatif (X), selanjutnya bisa diperhitungkan dan akan dapat meramalkan berapa nilai hasil tes sumatifnya (Y). Sebaliknya, jika kita mengetahui hasil tes sumatifnya (Y), maka dengan hasil tes tersebut kita dapat melakukan pendugaan atau peramalan terhadap hasil tes formatifnya (X). Misalkan hasil sumatif yang didapat siswa adalah 9. Kira-kira berapakah hasil tes formatifnya?. Secara matematis, pertanyaan tadi dapat dipecahkan seperti berikut:
Y = 7
Y                = 3,8 + 0,44 X
7                 = 3,8 + 0,44 X
0,44 X        = 7 – 3,8
0,44 X        = 3,2
X                = 3,2 : 0,44
X                = 7,27
Siswa yang hasil tes formatifnya 7,27, bisa diperkirakan akan memperoleh nilai 7 dalam tes sumatifnya.
Basis logika dari perkiraan akan Y dari X, adalah pada signifikansi koefisien r (angka korelasi product-moment); regresi akan signifikan, hanya jika r-nya signifikan. Atas dasar itu, uji regresi barulah tepat, jika hubungan antar variabel tersebut telah teruji signifikan berdasarkan koefisien korelasi rs.
Analisis regresi linier sebagaimana dicontohkan tadi, juga dapat diperluas untuk menduga nilai Y dari sejumlah variabel prediktor, katakanlah dari variabel X1 + X2 + X3 +….. + Xk. Analisis regresi yang demikian ini disebut regresi linier berganda (multiple linear regression).
C.  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis regresi adalah proses memperkirakan atau meramalkan satu variabel dari variabel lainnya, manakala kedua variabel tersebut mempunyai hubungan atau fungsi linier yang signifikan. Dua buah variabel berskala interval yang berhubungan secara signifikan tersebut, di antara keduanya terdapat garis fungsi yang langsung. Misalnya hubungan antara nilai hasil tes formatif dengan nilai hasil tes sumatif. Dengan mengetahui hasil tes formatif seorang siswa, maka seorang guru dapat meramalkan seberapa besar nilai hasil tes sumatifnya.


DAFTAR RUJUKAN

Martini. 2007. Prosedur dan Prinsip-prinsip Statistika. Surabaya: Unesa University Press.
Saerozi, Ahmad. 2011. Hand Out Statistik Pendidikan Untuk Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Sunan Giri Surabaya.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung; Tarsito.
Supranto, J. 1998. Statistik Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Erlangga.



Penulis : Bakhrul Ulum ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Analisis Regresi ini dipublish oleh Bakhrul Ulum pada hari Sunday, 24 February 2013. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Analisis Regresi
 

0 comments:

Post a Comment