METODE ETNOGRAFI


A.  Pendahuluan
Ketika kita berbicara masalah metode penelitian, yang terbesit di pikiran kita adalah apakah itu penelitian kuantitatif, kualitatif, atau penelitian kombinasi (mixed methods).  Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin dan Lincoln dalam Moleong, 2012: 5). Atau dengan kata lain, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pangertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.  
Menurut Creswell (2015, 10), ketika kita sedang melaksanakan studi-studi kualitatif banyak pilihan pendekatan yang kita pilih, seperti pendekatan riset naratif, fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus. Dalam tulisan ini, akan dibahas satu dari pendekatan dalam studi kualitatif yaitu pendekatan atau metode etnografi.

B.  Pembahasan
1.      Pengertian Metode Etnografi
Metode etnografi mulai berkembang sejak tahun 1960-an, metode ini bersumber dari satu aliran baru dalam ilmu antropologi yang disebut cognitive anthropology, atau ethnoscience, atau etnografi baru. Menurut Moleong dalam Kuswarno (2011: 32) etnografi pada dasarnya merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna membangun suatu pengertian yang sistemik mengenai semua kebudayaan manusia dan perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan. Sedangkan, secara harfiah, etnografi merupakan tulisan atau laporan tentang suatu suku-bangsa, yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun (Marzali dalam Spradley, 1997: xv).
Sejalan dengan hal itu, menurut Creswell (2015: 125) etnografi merupakan suatu desain kualitatif yang penelitinya mendeskripsikan dan menafsirkan pola yang sama dari nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa dari suatu kelompok berkebudayaan sama. Sebagai suatu proses sekaligus hasil riset, etnografi merupakan suatu cara untuk mempelajari sebuah kelompok berkebudayaan sama sekaligus produk akhir tertulis dari riset tersebut. Sedangkan sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang luas terhadap kelompok tersebut, sering kali melalui pengamatan partisipan, yang mana penelitinya menenggelamkan diri dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat tersebut, mengamati dan mewancarai para partisipan dalam kelompok tersebut. Para etnografer mempelajari makna dari perilaku, bahasa, dan interaksi di kalangan para anggota kelompok berkebudayaan sama tersebut.
 Sebagaimana pendapat Cruswell di atas, etnografi yang merupakan penelitian mendeskripsikan suatu kebudayaan ini, bertujuan untuk memahami  suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malinowski dalam Spradley (1997: 3) juga, tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang lain, yang meliputi aktivitas melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Dengan kata lain, etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, akan tetapi etnografi adalah belajar dari masyarakat.
2.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diperlukan (Sugiyono, 2015: 308). Menurut Kuswarno (2011: 33), teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian etnografi adalah observasi-partisipasi dan wawancara terbuka serta mendalam yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama, karena penelitian etnografi bukanlah kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan terstruktur seperti pada penelitian survei.
a.    Observasi partisipan
Observasi partisipan merupakan penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek penelitian dalam lingkungannya, dan selama itu data yang berbentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan (Bogdan dalam Moleong, 2012: 164). Sedangkan, menurut Stainback dalam Sugiyono (2015: 310) “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Yang artinya, dalam observasi partisipan, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengar apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Dengan demikian, observasi partisipan merupakan teknik pengumpulan data di mana peneliti terlibat secara penuh dengan masyarakat yang sedang diamati. Untuk menjadi seorang pengamat yang baik membutuhkan sebuah keterampilan istimewa yang memungkinkannya untuk menangani berbagai persoalan, seperti potensi kebohongan dari masyarakat yang amati, manajemen kesan, dan potensi ketersingkiran sang peneliti dalam lingkungan yang sedang diamati (asing).
b.    Wawancara terbuka dan mendalam
Wawancara terbuka dan mendalam disebut juga wawancara tak terstruktur, yang artinya wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2015: 318).
Metode wawancara terbuka dan mendalam ini memerlukan kemampuan mendengar yang baik, akurat, dan tepat agar apa yang didengarnya dapat dimanfaatkan sebagai informasi penelitian. Selain itu, metode ini mempunyai keunikan yang menguntungkan, yaitu wawancara ini tidak menghasilkan kesimpulan, tetapi memerlukan keberlanjutan. Oleh karena itu, penting kiranya untuk tetap menjadi hubungan baik dan kontak dengan subjek penelitian.
3.      Teknik Analisis Data

Gambar 1
Fokus dalam Penelitian Etnografi
Sumber: Spradley, 1997: 181

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa langkah penelitian etnografi adalah “Alur Penelitian Maju Bertahap”, yang mana dimulai dengan suatu fokus yang luas, kemudian mulai menyempit pada langkah ketujuh untuk penyelidikan intensif atas beberapa domain terpilih. Garis putus-putus dalam kotak menunjukkan perubahan dalam fokus ini, garis putus-putus menegaskan bahwa fokus yang luas dan sempit terjadi secara simultan, tetapi dengan penekanan yang lebih besar pada satu atau berbagai tahap penelitian yang lain.
Dalam alur penelitian tersebut terlihat bahwa analisis data pada penelitian etnografi terdiri atas analisi domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial. Untuk lebih jelasnya dapat dijelas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Analisis domain
Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambar yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh dari grand tour dan minitour question, yang mana hasilnya berupa gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih dipermukaan. Namun sudah ditemukan domain-somaun atau kategori dari situasi sosial yang diteliti. Untuk menemukan domain dari konteks sosial/obyek yang diteliti bisa dilakukan dengan melakukan hubungan semantik antar kategori, yang meliputi jenis, ruang, sebab akibat, rasional, lokasi untuk melakukan sesuatu, cara mencapai tujuan, fungsi, urutan, serta atribut atau karakteristik.
b.    Analisis taksonomi
Analisis taksonomi merupakan analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Dengan demikian, domain yang telah ditetapkan menjadi cover term oleh peneliti sehingga dapat diurai secara rinci dan mendalam melalui analisis taksonomi ini. Hasil dari analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak, diagram garis dan simpul, serta out line.
c.    Analisis komponensial
Pada analisis komponensial yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi jutru yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Data ini dicari melalui observasi dan wawancara secaar terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat trianggulasi tersebut, sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan.

C.  Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpullkan bahwa, metode etnografi merupakan desain penelitian kualitatif yang mendeskripsikan dan menafsirkan suatu kebudayaan suku bangsa, dengan tujuan untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Dalam penelitian etnografi, teknik pengumpulan data yang paling utama adalah observasi partisipan dan wawancara terbuka dan mendalam, yang mana data yang diperoleh nantinya akan dianalisis secara analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial.

D.  Daftar Pustaka
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di Antara Lima Pendekatan (Penerjemah: Ahmad Lintang Lazuardi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi Komunikasi: Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi (Penerjemah: Misbah Zulfa Elizabeth). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV. Alfabeta.


Penulis : Bakhrul Ulum ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel METODE ETNOGRAFI ini dipublish oleh Bakhrul Ulum pada hari Sunday, 6 November 2016. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan METODE ETNOGRAFI
 

0 comments:

Post a Comment