Televisi merupakan salah satu media elektronik yang ada. Di zaman yang serba canggih ini, kita dapat
menikmati tayangan telivisi di mana saja dan kapan saja, melalui telepon
genggam saja, sekarang kita bisa melihat tayangan televisi. Berbeda ketika aku
zaman kecil dahulu, untuk melihat televisi harus ke rumah tetangga, berjubel
dengan tetangga yang lain karena satu RT hanya satu orang yang mempunyai
televisi. Dan waktu melihatnya pun terbatas, hanya setelah shalat maghrib saja
kita dapat menikmati tayangan televisi. Berbeda dengan sekarang yang dapat kita
nikmati 24 jam non stop.
Bersyukur sekarang kita juga dapat melihat
tayangan televisi dengan penuh warna, tidak hitam putih lagi. Akan tetapi, semakin canggihnya televisi yang ada semakin buruk kualitas apa
yang ditayangkan. Semakin lama semakin tidak mendidik, padahal salah satu
fungsi dari media seperti televisi adalah sebagai media pendidikan, selain
sebagi media informasi dan media hiburan.
Dahulu kita mengenal namanya Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) yang syarat akan namanya dunia pendidikan, mulai
dari kegiatan praktikum dan eksperiman di sekolah-sekolah, hingga pembahasan
soal-soal. Bak ditelan bumi, itu semua sekarang telah tiada diganti dengan
sinetron.
Teringat dengan meme di media sosial yang
menyebutkan bahwa “Guru dibayar murah untuk membentuk akhlak generasi bangsa,
sedangkan artis dibayar mahal untuk merusak akhlak generasi bangsa.” Sangat
sepakat dengan meme tersebut, karena sinetron-sinetron yang ada sekarang jauh
dari kesan mendidik, malah menghancurkan moral generasi bangsa ini. Hal ini
bisa di lihat dari beberapa aspek berikut ini:
a. Seragam sekolah yang dikenakan pemeran di
sinetron
Siswa-siswi yang ada di sekolah dididik oleh guru untuk
berpakaian rapi dan pakaiannya dimasukkan. Berbeda dengan apa yang ada di
sinetron, para aktor dan aktris dalam sinetron cara berpakaiannya jauh dari apa
yang ada di harapkan oleh guru-guru, pakaiannya di keluarkan, bahkan yang miris
adalah seragam yang dikenakan oleh seorang aktris kadang terlalu minim dan
seksi, roknya di atas lulut dan pakaiannya membentuk tubuh. Bahkan, hal
sekecilpun seperti kaos kaki di sinetron selalu berwarna-warni, padahal di
sekolah wajib memakai kaos kaki putih dan hitam.
b. Adegan berpacaran di sekolah
Tak jarang sinetron yang ada di televisi kita bertemakan
tentang percintaan, dan parahnya ketika percintaan anak-anak yang masih pakai seragam. Remaja
berseragam di dalam sinetron tidak canggung lagi berhubungan dengan sang pacar
layaknya suami isteri, berciuman serta bermanja-manjaan di depan umum. Pacaran
bukan hal yang tabu lagi sekarang, berjalan bergandengan yang tidak ada ikatan
keluarga, bahkan bisa dikatakan pacaran sudah menjadi kebutuhan bagi seorang
remaja, tidak pacaran bisa dikatakan cupu. Lantas, tak heran jika anak Sekolah
Dasar (SD) sekarang sudah berpacaran, akibat meniru dari tayangan sinetron.
c.
Memakai kendaraan
bermotor dan hand phone
Gaya
hidup hedonisme atau gaya hidup mewah sudah bukan hal yang asing bagi kehidupan
di daerah metropolitan layaknya Jakarta. Begitu pula yang ada di sinetron, gaya
hidup mewah sering ditonjolkan. Anak sekolah sudah membawa mobil dan hand
phone. Kalau melihat seperti itu, yakin ini bisa menjadikan classter dan
kecemburuan sosial. Semuanya akan berlomba-lomba untuk membawa mobil atau hand
phone keluaran terbaru. Padahal tak jarang sekolah melarang siswa-siswinya
membawa kendaran bermotor dan hand phone ke sekolah. Sebagai contoh yang
terjadi di salah satu SMP yang ada di Jakarta kemarin, yang salah satu siswanya
jatuh dari lantai 3 gara-gara mau menyembunyikan hand phone ketika ada operasi
hand phone yang diadakan oleh pihak guru.
d.
Nongkrong ke
mall setelah pulang sekolah
Kebiasaan
di sinetron yang diperankan oleh anak-anak sekolah tak jarang jika pulang
sekolah tak langsung pulang ke rumah, terkadang mampir dulu ke mall, sekedar
melepas lelah. Ini menunjukkan bahwa memberikan contoh yang kurang baik bagi
siswa-siswi yang ada, padahal di sekolah masih banyak kegiataan yang lebih
bermaanfaat dari pada nongkrong di mall tuk menghabiskan uang jajan. Kita dapat
mengikuti ekstrakurikuler yang ada di sekolah, untuk menyalurkan hobi yang kita
punya.
e.
Gaya hidup
bebas
Pergaulan bebas
di kalangan remaja merupakan permasalahan yang cukup besar di hadapi oleh
negara ini, tak lain penyebabnya adalah gara-gara tayangan televisi. Tak
sedikit remaja ini melakukan pemerkosaan gara melihat tayangan yang ada di
televisi, memakai narkoba, dan minum minuman keras. Kita pasti masih ingat akan
kelakuan anak SD yang membanting temannya sendiri, akibat melihat tayangan
smack down.
Dari beberapa aspek di atas menunjukkan bahwa pengaruh televisi
sangat kuat di kalangan masyarakat, terutama di usia anak-anak dan remaja.
Mulai dari gaya hidup yang hedonis, pergaulan bebas, serta melanggarnya
aturan-aturan yang ada di sekolah. Di sini perlu suatu aturan yang mengatur jam
tayang akan sinetron yang ada, serta lebih ketatnya lembaga sensor film untuk
menayangakn sinetron. Dengan demikian, tayangan televisi di negeri ini akan
lebih berkualitas dan dapat membentuk generasi yang bermoral.
0 comments:
Post a Comment