Tulisan ini merupakan review dari
ringkasan disertasi Bettisari Napitupulu, dalam ujian Doktor Terbuka Program Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya pada hari Jum’at,
tanggal 2 Desember 2016, di gedung K.10.03 PPs Unesa.
Pendahuluan
|
PP
I No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Nasional Pendidikan pasal
28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi yaitu, (a) kompetensi pedagogis, (b) kompetensi profesional, (c)
kompetensi kepribadian, dan (d) kompetensi sosial.
Tidak
jarang dalam pembelajaran guru meminta siswa untuk memeriksa pekerjaan teman
sebangkunya, lalu memberi nilai. Dan jika ada siswa yang meminta penjelasan
mengapa jawabannya disalahkan dan guru hanya memberi alasan bahwa jawaban
siswa tidak sesuai dengan kunci jawaban.
Dalam
kegiatan inti pembelajaran, tak jarang pula guru menggunakan LKS, siswa hanya
diminta untuk mengisi LKS tersebut, kemudian memeriksanya sesuai dengan kunci
jawaban, dan sebagian besar soal yang ada di LKS berbentuk pilihan ganda.
Pembelajaran seperti ini tidak memberikan gambaran yang komprehensif kepada guru
tentang pemahaman siswa dan juga kesulitan belajar siswa, karena kemungkinan
siswa menjawab benar bukan karena memahami materi tersebut, akan tetapi
karena adanya peluang untuk menebak jawaban.
Dalam
pembelajaran geometri, hampir tidak ada guru SMP yang menggunakan teori van
Hiele dalam mengerjakan materi geometri di SMP. Sebagian besar guru dalam
pembelajaran lebih menekankan penguasaan sejumlah definisi, sifat-sifat dari
bangun di bidang dan bagaimana membuktikan teorema-teorema yang ada tanpa
memperhatikan apakah siswa mampu memvisualisasikan teorema-teorema tersebut.
Guru
membutuhkan pengetahuan yang spesifik dalam merancang suatu strategi
pembelajaran yang dapat diandalkan dalam mengatasi persoalan-persoalan siswa,
dan PCK merupakan suatu pengetahuan yang memadukan pengetahuan konten dan
ilmu pedagogi dalam rangka merancang pengajaran untuk suatu topik tertentu
atau masalah yang mengakomodasi keragaman kemampuan dan minat dari setiap
siswa.
Hasil
penelitian dibeberapa negara yang menunjukkan bahwa ada pengaruh gender guru
pada hasil belajar siswa, seperti: hasil penelitian Dee (2006) yang
menginvestigasi pengaruh gender guru dan hasil belajar siswa di USA,
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari variabel gender guru terhadap
hasil belajar siswa, yaitu jika siswa diajar sama jenis kelaminnya dengan
gurunya.
|
Metode
Penelitian
|
Jenis
Penelitian: penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus dengan subjek lebih dari satu orang (multiple case studies)
Subyek
Penelitian: guru matematatika SMP yang mengajar
di kelas VII SMP pada semester 2 di kota Jayapura dan Sentani provinsi Papua,
serta subyek tambahan yaitu sepuluh orang siswa SMP kelas VII masing-masing
lima orang dari setiap guru.
Instrumen
Penelitian: (1) peneliti sebagai instrumen utama,
(2) lembar pekerjaan siswa pada segi empat, (3) lembar hasil analisis guru
terhadap pekerjaan siswa, dan (4) pedoman wawancara sebagai instrumen bantu.
Analisis
Data: reduksi data, kategorisasi data atau
klasifikasi data, interpretasi atau penafsiran data, dan penarikan
kesimpulan.
Teknik
Keabsahan Data: trianggulasi waktu, serta dengan cara
melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
dan diskusi dengan teman sejawat.
|
Hasil Penelitian
|
Pengetahuan Kedua
Guru dalam Membangun Ide-ide Matematika Siswa: (a) Pengetahuan kedua guru tentang penyajian materi segiempat: pengetahuan
kedua guru dalam menyajikan materi segiempat masih sangat terbatas. Hal ini
dapat dilihat dari ketidaktahuan kedua guru tentang tentang peran penting
definisi dalam pembelajaran segiempat secara umum sehingga definisi tersebut
harus diajarkan diawal pembelajaran segiempat. (b) Pengetahuan guru tentang
pemberian contoh-contoh bangun segiempat: pengetahuan kedua guru
dalam pemberian contoh-contoh bangun segiempat masih terbatas. Hal ini dapat
dilihat dari contoh-contoh gambar setiap bangun segiempat baik contoh-contoh
konkret maupun semi konkret yang diberikan kedua guru hanya-hanya contoh
standar. (c) Pengetahuan guru tentang penggunaan alat
peraga dalam mengajarkan materi segiempat: pengetahuan kedua guru
tentang penggunaan alat peraga (model konkret) dalam pembelajaran segiempat
sudah memadai, akan tetapi kedua guru belum maksimal dalam memanfaatkan alat
peraga tersebut. artinya kedua guru tidak menggunakan alat peraga tersebut
sedemikian rupa sehingga guru dapat meminimalkan bahkan menghindari
terjadinya fenomena prototipe.(d) Pengetahuan guru tentang kaitan materi
prasyarat dan kaitannya dengan materi segiempat yang sedang dipelajari: pengetahuan
guru laki-laki tentang materi prasyarat dan kaitannya dengan segiempat masih
terbatas dengan indikasi guru hanya membahas sepintas materi prasyarat untuk
segiempat, sedangkan pengetahuan guru perempuan sudah memadai dengan indikasi
guru membahas materi prasyarat untuk segiempat. Karakteristik pengetahuan
guru yang hanya muncul dari guru laki-laki saja adalah pengetahuan guru
tentang tujuan pembelajaran hanya berorientasi pada kebutuhan siswa, artinya
pengetahuan guru tentang tujuan pembelajaran segiempat masih sangat terbatas.
Pengetahuan Guru tentang
Pemikiran, Miskonsepsi Siswa, dan Kesalahan Siswa dalam Mempelajari
Segiempat: (a) Pengetahuan guru tentang
pemikiran siswa, miskonsepsi dan kesalahan siswa dalam mempelajari segiempat:
pengetahuan kedua guru tentang pemikiran siswa,
miskonsepsi, dan kesalahan siswa sudah memadai. Hal ini dapat dilihat dari
miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan kedua guru dalam mempelajari
segiempat, seperti: bangun segiempat hanyalah persegipanjang dan persegi
saja, miskonsepsi siswa tentang bangun dan gambar segiempat sembarang,
ketidakcocokan pilihan gambar bangun segiempat dengan definisi yang diketahui
siswa. (b) Pengetahuan guru tentang miskonsepsi mengenai kosakata geometrik
yang digunakan dalam mempelajari segiempat: pengetahuan kedua guru
tentang miskonsepsi mengenai kosakata geometrik yang digunakan dalam
mempelajari segiempat sudah memadai, artinya kedua guru mengetahui kesulitan
siswa dalam menggunakan kosa kata geometrik. Kedua guru juga sudah berusaha
untuk melakukan upaya perbaikan. (c) pengetahuan guru dalam membuat
perencanaan perbaikan pembelajaran segiempat: pengetahuan kedua guru
tentang perencanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru sudah memadai,
yaitu pengetahuan guru dalam membuat perencanaan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan diagram keluarga segiempat secara komplit.
Perbedaan Pengetahuan
Konten Kedua Guru Pada Materi Segiempat: dalam
penyajian materi segiempat, guru laki-laki tidak menggunakan diagram keluarga
segiempat dan tidak memperkenalkan hubungan antarbangun segiempat, sedangkan
guru perempuan memperkenalkan konsep-konsep segiempat diawali dengan
memberikan contoh dan noncontoh bangun-bangun segiempat. Selain itu, guru
perempuan menggunakan diagram keluarga segiempat dalam menunjukkan
keterkaitan antarbangun segiempat walaupun hanya pada sebagian bangun-bangun segiempat.
|
0 comments:
Post a Comment