A. Pendahuluan
Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah sampai saat ini masih dirasakan
sebagai proses pembelajaran yang tidak menarik bagi siswa, bahkan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai pun gagal. Kegagalan tersebut disebabkan
karena beberapa alasan, di antaranya: pembelajaran IPS cenderung bersifat
hafalan, siswa harus menghafalkan tanggal terjadinya peristiwa, objek alam dan
sosial di suatu daerah, sehingga membuat pembelajaran IPS monoton, menjemukan,
tidak menarik, serta tidak menantang bagi siswa. Selain itu, kegagalan
pembelajaran IPS juga disebabkan oleh rendahnya kualitas guru dalam proses
pembelajaran. guru hanya menggunakan satu model pembelajaran itu-itu saja,
tanpa adanya variasi model pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan kenyataan
tersebut timbulah sebuah pertanyaan tentang bagaimana cara menjadikan
pembelajaran IPS menarik minat siswa dan efektif mencapai tujuan?.
Dalam
kurikulum 2013, tujuan pembelajaran IPS adalah untuk menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratif,
kreatif, kritis, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa
ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap
pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi serta produktif.
Ketercapaian
tujuan pempelajaran IPS tersebut haruslah didukung oleh proses pembelajaran
yang dirancang dalam Kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal
yang dalam pembelajaran IPS yaitu pendekatan pengembangan materi ajar yang
selalu dikaitkan dengan lingkungan masyarakat di satuan pendidikan dan model
pembelajaran yang dikenal dengan istilah sainstifik.
Dalam
pembelajaran IPS, tidak ada yang namanya model pembelajaran yang terbaik, yang
ada hanyalah model yang paling tepat, karena apa?. Pemilihan model pembelajaran
haruslah berorientasi kepada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selain
itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik,
serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran itu berlangsung.
Terdapat beberapa model dalam pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru,
tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran, untuk
itu dibutuhkan kretaivitas guru dalam memilih model pembelajaran tersebut.
Dalam
tulisan ini akan diuraikan salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan
dalam pembelajaran IPS, yaitu model desain pembelajaran pengambilan keputusan (desicion making).
B. Pembahasan
1. Konsep
Dasar Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Makna
konsep pengambilan keputusan (decision
making) berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang alternatif pilihan yang
tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan tentang nilai
pribadi dan masyarakat. Apabila seorang dihadapkan pada pilihan-pilihan
tersebut maka kemungkinan jawaban yang muncul adalah pilihan yang tepat atau
tidak tepat. Dalam konteks pembelajaran, konsep pengambilan keputusan sebagai
model pembelajaran dalam IPS merupakan salah satu model keterampilan dalam
penentuan pilihan dari alternatif di atas.
Ada
perbedaan antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran pengambilan
keputusan. Banks (1990) menyatakan bahwa tujuan dasar dari inkuiri sosial
adalah untuk menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi,
dam teori. Tujuan tersebut adalah untuk mengakumulasi pengetahuan sebanyak
mungkin. Dalam hal ini, ilmuwan sosial punya perhatian besar untuk menghasilkan
pengetahuan sedangkan para pengambil keputusan punya perhatian utama dalam hal
bagaimana pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmuwan sosial dapat digunakan untuk
membantu memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Setiap
orang, dalam kehidupan sehari-hari, dituntut harus melakukan tindakan
pengambilan keputusan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan
masyarakat umum yang akan memengaruhi kehidupannya, masyarakat, bangsa-negara,
bahkan mungkin bangsa-bangsa di dunia. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin di
antara kita sering dihadapkan pada sejumlah pilihan yang sulit, dilematis,
kontradiksi. Oleh karena itu, kita harus segera mengambil keputusan seperti:
a)
Apakah saya sebaiknya bekerja di wilayah
perkotaan atau di pedesaan?
b)
Apakah saya sebaiknya membeli rumah,
kondominium, atau meneruskan sewa?
c)
Partai politik manakah yang seharusnya
aku pilih?
d)
Haruskah saya aktif dalam organisasi
ekstra-universiter atau cukup pada intra-universiter?
e)
Haruskah saya aktif dalam demonstrasi
dijalanan bersama mahasiswa lainnya?
Banks
mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan tidaklah muncul
dengan sendirinya. Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus
dibina dan dilatihkan. Apabila seseorang selalu membina kemampuan dalam membuat
keputusan maka orang tersebut akan memiliki kemampuan bertindak secara cerdas.
Kemampuan ini sangat diperlukan dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society) yang demokratis sebagai
masyarakat harapan Indonesia di masa depan.
Bertitik
tolak dari asumsi bahwa keterampilan pengambilan keputusan (decision-making skills) dapat dibina dan dilatihkan pada siswa
maka model pembelajaran ini merupakan alternatif bagi guru dan calon guru untuk
membina profesionalisme dalam proses pembelajaran. Savage dan Amrstrong (1996)
mengemukakan langkah-langkah proses pembelajaran pengambilan keputusan sebagai
alternatif model pembelajaran dalam IPS adalah sebagai berikut:
a)
Mengidentifikasi persoalan dasar atau
masalah.
b)
Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif.
c)
Menggambarkan bukti yang mendukung
setiap alternatif.
d)
Mengidentifikasi nilai-nilai yang
dinyatakan dalam setiap alternatif.
e)
Menggambarkan kemungkinan akibat setiap
pilihan alternatif.
f)
Membuat pilihan dari berbagai
alternatif.
g)
Menggunakan bukti dan nilai yang
dipertimbangkan dalam membuat pilihan.
Banyak
peluang bagi guru mengajar dan siswa belajar menggunakan model pembelajaran
pengambilan keputusan. Baik guru maupun siswa dapat memanfaatkan organisasi
intra maupun ekstrakurikuler sebagai wadah pembinaan. Misalnya, sebagai bagian
dari upaya membantu mengembangkan keterampilan berkewarganegaraan, umumnya
sekolah-sekolah di Indonesia memiliki wadah pembinaan untuk siswa, yakni
melalui Oganisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dalam organisasi ini, guru dapat
berperan sebagai pembina dan fasilitator. Organisasi ini pun dapat dijadikan
sebagai laboratorium tempat praktikum bagi siswa dalam menerapkan
langkah-langkah proses pengambilan keputusan.
Selain
Savage dan Armstrong, Bank (1990) mnegemukakan pula urutan langkah atau
prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dengan komponen
esensial sebagai syaratnya. Menurut Banks, sedikitnya ada dua syarat untuk
melaksanakan model pembelajaran pengambilan keputusan: (a) pengetahuan sosial,
dan (b) metode atau cara mencapai pengetahuan.
Proses
pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan manakala pengetahuan orang tentang
masalah terkait tidak ada (vacuum). Pengetahuan
sosial merupakan komponen yang sangat penting bagi tercapainya pengambilan
keputusan yang logis. Sebagai contoh, para mahasiswa mengambil keputusan
melakukan demonstrasi turun ke jalan menuntut Soeharto turun dari jabatan
presiden setelah mereka tahu betapa rusaknya sendi-sendi kehidupan, mental,
moral bangsa terutama di bidang hukum, ekonomi, dan politik. Praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) telah merasuk dan merajalela di mana-mana.
Sementara itu, muncul pemikiran-pemikiran kaum intelektual, cendekiawan, kaum
reformis, dan kalangan perguruan tinggi tentang perlunya reformasi. Untuk melakukan
demonstrasi, para mahasiswa pun telah menyadari bagaimana akibat-akibat yang
akan timbul apabila kondisi bangsa demikian dibiarkan. Oleh karena itu, agar
ada perbaikan di masa depan maka para mahasiswa mengambil keputusan melakukan
demonstrasi dan sasaran utamanya adalah menuntut turunya Presiden Soeharto.
Inilah beberapa alasan dan ilustrasi mengapa pengetahuan merupakan komponen
penting dalam proses pengambilan keputusan.
Komponen
yang kedua perlu dimiliki oleh orang yang melakukan pengambilan keputusan (decision maker) adalah metode atau cara
mencapai pengetahuan. Pengetahuan diperlukan untuk membuat keputusan reflektif.
Kerlinger menyimpulkan bahwa ada empat metode untuk memperoleh pebgetahuan,
yaitu: (a) berpegang pada apa yang telag diketahui kebenarannya (method of tenacity); (b) mencari
informasi untuk mempercayai (method of
authority); (c) mengetahui sesuatu karena telah disepakati kebenarannya (a priori methode); dan (d) metode
ilmiah (method of science).
Menurut
Banks, ada beberapa syarat metode dalam memperoleh pengetahuan, antara lain
apabila orang menggunakan metode tersebut secara berulang-ulang, maka hasil
yang diperoleh adalah sama. Dengan kata lain, sifat metode haruslah berlaku
umum (public). Oleh karena itu, jenis
metode yang membuat syarat seperti itu hanyalah metode ilmiah. Banks menyebut
istilah untuk metode ini adalah metode inkuiri ilmu-ilmu sosial (social science inquiry). Melalui metode
ini orang dapat memperoleh pengetahuan yang meliputi: fakta, konsep,
generalisasi, dan teori.
Setelah
memperoleh pengetahuan dan tahu bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut ada
baiknya kita pun mengenal model pembelajaran pengambilan keputusan menurut
Banks. Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan proses pengambilan
keputusan secara sekuensial, sebagai berikut:
a)
Mengenal masalah yang perlu diambil
keputusan.
b)
Perolehan pengetahuan melalui inkuiri
ilmu sosial.
c)
Mengorganisir masalah dan pengetahuan
untuk bahan pembelajaran.
d)
Inkuiri nilai.
e)
Pengambilan keputusan dan tindakan untuk
warga negara.
f)
Menentukan urutan tindakan.
g)
Memberi kesempatan kepada warga negara
untuk bertindak dan beradaptasi (di lingkungan masyarakat dan sekolah).
Berdasarkan
konsep dan langkah-langkah proses pengambilan keputusan (decision making process) di atas, model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada para siswa
dan guru untuk berpikir melalui berbagai alternatif pemecahan masalah. Guru yang
mendorong para siswa berpikir tentang alternatif dan bukti, serta nilai-nilai
yang berkaitan dengan proses pemecahan masalah secara partisipatif dapat melibatkan
diri dengan para siswa. Dengan adanya partisipasi orang dewasa (guru) maka
teknik decision making memperoleh
tempat yang baik bagi pembelajaran IPS, terutama ditingkat SD.
2. Contoh
Penerapan Model Desain Pembelajaran Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Dalam Pembelajaran IPS
Banyak
pertanyaan yang kita kemukakan sering dijawab kurang tepat. Jawaban-jawaban itu
mungkin saja mengandung kebenaran. Masalahnya adalah bagaimana kita memilih jawaban-jawaban
yang mengandung kebenaran itu. untuk melakukannya kita harus melakukan seleksi
berdasarkan pilihan yang tersedia, menilai bukti-bukti yang telah terkumpul,
dan mempertimbangkan nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh para siswa. Proses
berpikir seperti ini dikenal sebagai proses pengambilan keputusan (decision making).
Dalam
proses pembelajaran banyak kesempatan untuk
menggunakan model desain pembelajaran pengambilan keputusan. Misalnya,
dalam upaya membantu siswa berlatih hidup bernegara, banyak sekolah yang
memiliki suatu Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Untuk menjadikan anggota
Dewan Siswa yang biasanya tergabung dalam OSIS tentunya memiliki persyaratan khusus.
Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan proses pengambilan keputusan (decision making) ini dilaksanakan?.
Berikut contoh langkah-langkah pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran
pengambilan keputusan yang dapat dilakukan pada kelas 5-6 SD:
Topik
|
:
Pemilihan Siswa Patroli Keaman Sekolah (PKS)
|
Tujuan
|
:
Pada akhir proses pembelajaran, diharapkan para siswa dapat mempraktikkan
langkah-langkah proses pengambilan keputusan (decision making) terhadap suatu masalah.
|
Langkah-langkah
Pembelajaran
|
:
Pandulah para siswa dengan langkah-langkah berikut!
a)
Merumuskan masalah, misalnya:
“Hanya siswa kelas 6 yang dapat menjadi anggota PKS bukan siswa kelas 5
seperti yang sekarang berlaku”.
b)
Dalam persoalan ini, hanya ada
dua pilihan: pertama, mendukung kebijakan baru di atas; kedua, mempertahankan
yang berlaku saat ini, yakni hanya kelas 6 yang diperbolehkan menjadi anggota
PKS.
c)
Sejumlah bukti berikut dapat
digunakan untuk mendukung ide bahwa hanya siswa kelas 6 yang dapat menjadi
anggota PKS:
1)
Ini adalah sekolah khusus yang
berbeda dari sekolah lainnya.
2)
Siswa kelas 6 lebih banyak
pengalaman dan lebih dewasa daripada kelas 5.
3)
Dari segi fisik, siswa kelas 6
lebih kuat tenaganya dalam memberikan pertolongan pertama.
Beberapa
hal yang dapat digunakan untuk menentang ide bahwa hanya kelas 6 yang
diperbolehkan menjadi anggota PKS:
1)
Siswa kelas 6 sebaiknya jangan
terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler karena mereka akan
menghadapi ujian akhir.
2)
Tidak semua siswa kelas 6
tertarik pada PKS, sebaliknya ada siswa kelas 5 yang lebih tertarik untuk
menjadi anggota PKS.
3)
Dari segi fisik, ada juga siswa
kelas 5 yang tubuhnya besar dan kuat dalam memberikan pertolongan pertama.
Langkah
berikutnya (keempat, kelima, keenam, dst), dapat dikembangkan, baik yang
mendukung gagasan maupun yang menentang sampai akhirnya dapat diraih sebuah
keputusan yang terbaik dan dideskripsikan oleh siswa, setelah menilai
keuntungan-kerugiannya, keunggulan-kelemahannya, dan kebaikan dan
keburukannya.
|
C. Penutup
Model
desain pembelajaran pengambilan keputusan (decision
making) merupakan model pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti
yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Keterampilan
pengambilan keputusan ini dapat dibina dan dilatihkan kepada siswa, sehingga
apabila keterampilan ini dibina dan dilatihkan kepada siswa secara profesional,
maka siswa akan memiliki kemampuan bertindak dalam pengambilan keputusan secara
cerdas. Selain itu, konsep dan langkah-langkah proses pengambilan keputusan (decision making process) ini memberikan kesempatan kepada para siswa
dan guru untuk berpikir melalui berbagai alternatif pemecahan masalah. Guru
yang mendorong para siswa berpikir tentang alternatif dan bukti, serta
nilai-nilai yang berkaitan dengan proses pemecahan masalah secara partisipatif
dapat melibatkan diri dengan para siswa. Dengan adanya partisipasi orang dewasa
(guru) maka teknik decision making memperoleh
tempat yang baik bagi pembelajaran IPS, terutama ditingkat SD.
D. Daftar Pustaka
Cheppy. TT. Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya:
Karya Anda.
Nasution. 2015. Kajian Pembelajaran IPS di Sekolah. Surabaya:
Unesa University Press.
Sapriya. 2012. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Supardan,
Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Uno, Hamzah B.
2011. Model Pembelajaran: Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Terimaksih artikelnya, semoga tidak keberatan saya copy
ReplyDeleteTerimakasih artikelnya, smg tak keberatan dicopy
ReplyDelete