Pagi yang cerah menyelimuti langit awan
Jalan Brigjend Katamso II A Waru Sidoarjo. Ketika itu kita sedang asyik
bermalas-malasan di kamar kos masing-masing. Yach.. karena hari ini adalah hari
Minggu, semua warga kos pada libur, dan kebetulan kita juga lagi capek, habis
ada tamu dari Blitar, Lamongan, dan Nganjuk. Kebetulan mereka semua menginap di
kosan, habis menghadiri resepsi pernikahan teman. Ketika asyik istirahat,
tiba-tiba ada tetangga kosan yang memanggil, bahwa ada udik-udikan di depan. Keluarlah
kita semuanya, dan aku yang nggak tahu apa itu tradisi, tanyalah ke ibu-ibu
yang ngajak tersebut.
Enek Opo toh
Bu...?? (Ada
apa Bu...??)
Buk
Syam Udik-Udiakan? (Kebetulan
yang ngadain acara tersebut namanya Bu Syam)
Opo
iku Bu..?? (Apa
itu Bu..??)
Wes
telah ayok melok mengarep. (Ya udah ayo ikut ke depan)
Ikutlah saya ke depan
untuk melihat acara udik-udikan tersebut. Ternyata.. eh.. ternyata.. Tradisi udik-udikan
merupakan tradisi rebutan uang receh. Sang punya hajat melemparkan uang
recehan, dan orang-orang yang hadir siap untuk merebutkannya. Tradisi ini di
lakukan oleh keluarga Bu Syam karena baru saja beli sepeda motor. Pertama-tama
tradisi ini diawali dengan memandikan sepeda motor yang baru dengan air
kembang. Dan dilanjut dengan sebar uang recehan tersebut.
Ketika menyebar uang
recehan, uang tersebut ditaruh di sebuah mangkok plastik yang yang bercampur
dengan air dan kembang. Enggak tahu.. apa sebenarnya maksud dan tujuan
diadakannya tradisi udik-udikan ini, karena aku baru tahu kali ini. Mungkin,
sang punya hajat ingin berbagi rezeki dengan orang lain, karena sudah sudah
memiliki rezeki berlebih, bisa beli sepeda motor seperti Bu Syam ini. Serta
diberikannya keselamatan ketika mengendari sepeda motor tersebut ketika
dijalan.
Yukk... mari kita
lestarikan tradisi yang ada di negeri ini.
Jangan sampai punah,
atau bahkan di klaim oleh negera lain.
Waah serunya kebersamaan...mantap
ReplyDeleteIya kak.. apa lagi di tengah kota besar, Uda banyak tradisi yang hilang... 😽😟😟
ReplyDelete