Dewasa ini kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesatnya, baik dari sisi
kecepatan maupun kemudahan dalam mengakses suatu informasi yang dibutuhkan. Sebagai
bentuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kini untuk mengakses
informasi tidak lagi bergantung pada teknologi kabel, sebagai gantinya jaringan
nirkabel (tanpa kabel) telah menggeser perananan jaringan berkabel. Misalnya telepon
rumah yang menggunakan kabel, kini digantikan oleh telepon seluler (ponsel).
Ponsel bukanlah hanya
sekedar gaya hidup bagi anak dan remaja usia sekolah sekarang, ponsel kini
dianggap sebagai kebutuhan pokok. Dan karena harganya yang relatif terjangkau, pengguna
ponsel pun kini menjamur di kalangangan anak sekolahan. Selain itu, keberadan
ponsel sekarang, tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga bisa
digunakan sebagai internetan dan media sosial. Dengan internetan ini, remaja
usia sekolah dengan mudahnya bisa mendapatkan data dan informasi yang dapat
membantu tugas sekolah.
Di Indonesia, jumlah pengguna
internet pada akhir tahun 2011 berdasarkan data dari Markplus Insight dan
Internet World Stats telah mencapai 55 juta orang, dan jumlah tersebut untuk
kawasan Asia, mendudukkan Indonesia dalam 4 besar pengguna internet terbanyak
setelah Cina, India, dan Jepang. Selain itu, untuk media sosial Facebook di
Indonesia juga menunjukkan angka yang tinggi. Berdasarkan data dari
CheckFacebook.com per Oktober 2012 menunjukkan bahwa jumlah akun Facebook di
Indonesia mencapai 47,5 juta, dan ini mendudukkan Indonesia berada pada
peringkat ke-4 dunia dalam jumlah akun terbanyak setelah Amerika, Brazil, dan
India. Sejalan dengan itu, berdasarkan catatan dari A World of Tweets per Juli
2012 media sosial Twitter pun demikian,
Indonesia pringkat 3 untuk konteks pembagian tweet teraktif dengan total 11%
dan peringkat 1 di Asia dengan total 51,02% di atas Jepang (13,82%) dan
Malaysia (10,09%).[1]
Terkait masalah tweet,
kadang kala apa yang kita tweet bukanlah dari kita sendiri, melainkan retweet
dari tweet orang lain, yang mana nggak diketahui akan kebenarannya. Akan tetapi,
bukan hanya pada Twitter saja, di Facebook, BBM, WhatsApp (WA), atau sosial
media yang lainnya, kadang kala kita temukan forward, share, atau broadcast berupa
hoax Sebagai contoh berikut ini brodcast di WA:
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar di atas
merupakan contoh hoax, di mana seorang teman broadcast bahwa “Mulai malam ini (ba’da maghrib) sudah masuk
1 shafar. Rosulullah Bersabda “Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita 1 Safar
Kepada Yang Lain, Maka Haram Api Neraka Baginya ...”, padahal bulan yang
sebenarnya adalah Jumadil Ula, bahkan untuk meyakinkan seorang teman mengirim
foto kalender. Hoax merupakan sebuah istilah dari Bahasa Inggris, yang mana Menurut
Cambridge Advanced Learner’s Dictionary:
“Hoax is a plan
to deceive someone, such as telling the police there is a bomb somewhere when
there is not one, or a trick. The bomb threat turned out to be a hoax. He'd
made a hoax call claiming to be the President.”[2]
Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, hoax berarti pemberitaan palsu, yang mana menurut Wikipedia diartikan
sebagai usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk
mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa
berita tersebut adalah palsu.[3]
Pemberitaan palsu yang terjadi selama ini, dikarenakan secara langsung berita
hoax tersebut di share, retweet, forward, ataupun broadcast-nya tanpa membaca
secara keseluruhan berita tersebut. Dan jika memang berita yang kita bagikan
adalah memang berita palsu, yang ada kita akan dikenal sebagai orang bodah,
padahal maksud dan tujuan kita baik, untuk berbagai informasi. Akan tetapi,
yang ada malah kita akan dibuat malu dengan ketidakjelasan informasi yang
dibagiKan.
Sebagai remaja usia
sekolah, setidaknya kita lebih bijak dalam menerima dan membagikan berita,
apakah itu berita hoax atau fakta. Berikut beberapa gerakan yang bisa kita
lakukan untuk mengantisipasi berita tersebut hoax atau tidak:
1. Baca
secara cermat dan keseluruhan berita yang dibagikan oleh teman. Jika dalam
berita tersebut terdapat suatu kejanggalan, maka kita bisa untuk mencari
informasi lebih lanjut dan tidak membagikan yang lainnya.
2. Tanyakan
secara langsung akan kebenaran berita tersebut kepada orang yang membagikannya.
Kita bisa menghubungi secara langsung media sosial miliknya yang digunakan
untuk membagikan berita tersebut. Jika orang yang membagikan itu tidak tahu
akan hal kebenarannya, atau hanya untuk senang-senang kita bisa tidak lagi
membagikannya, akan tetapi jika memang-memang berita tersebut adalah fakta kita
bisa langsung membagikannya sebagai informasi tambahan bagi yang lain.
3. Periksa sumber berita. Pada bagian akhir
berita yang dibagikan biasanya dicantumkan sumber atau referensi berita atau
link informasi. Dengan demikian, kita bisa memeriksa akan kebenaran berita
tersebut dengan searching lewat
google atau yang lainnya lewat internet, serta kita bisa membandingkan dengan
berbagai informasi yang sama terkait dengan berita yang kita terima.
Gerakan
di atas merupakan langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk bersikap bijak
dalam menghadapi berita hoax, mulai dari membaca secara cermat dan keseluruhan
berita yang kita terima, dan apabila kita menemukan kejanggalan, kita tanyakan
langsung kepada orang yang membagikan berita tersebut ataupun dengan cara yang
lain, yaitu searching lewat internet. Marilah mulai sekarang kita bersikap
bijak dalam membagikan berita, bukan asal retweet, forward, share, ataupun
broadcast tanpa mengetahui ikhwal kebenaran beritanya, yang ada niat baik kita
untuk membagikan informasi, bisa-bisa menimbulkan dampak yang lain, seperti
fitnah ataupun kita sendiri yang dibuat malu karena sudah membagikan berita
palsu.
[1] BU, Donny. 2013. Usir Galau dengan Internet Sehat. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
[2] Cambridge. 2008. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary Third Edition. Cambridge
University Press.
0 comments:
Post a Comment