METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)

Role playing (bermain peran) merupakan sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain.[1] Selain itu, model pembelajaran role playing juga bertujuan agar peserta didik (1) memiliki sikap, perasaan, dan sisitem nilai yang sesuai dengan norma masyarakat, (2) memiliki keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial.[2]

Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilihnya.[3]

Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni kualitas pemeranan, analisis dalam diskusi, dan pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.[4] Berikut adalah langkah-langkah bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:

1.    Menurut Miftahul Huda dalam bukunya “Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Pragmatis”
a.       Tahap 1: Pemanasan suasana kelompok, yaitu guru mengidentifikasi dan memaparkan masalah, guru menjelaskan masalah, guru menafsirkan masalah, dan guru menjelaskan role playing.
b.      Tahap 2: Seleksi partisipan, yaitu guru menganalisis peran, dan guru memilih pemain (siswa) yang akan melakukan peran.
c.       Tahap 3: Pengaturan setting, yaitu guru mengatur sesi-sesi peran, guru menegaskan kembali tentang peran, serta guru dan siswa mendekati situasi yang bermasalah.
d.      Tahap 4: Persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, yaitu guru dan siswa memutuskan apa yang akan dibahasa, serta guru memberi tugas pengamatan terhadap salah seorang siswa.
e.       Tahap 5: Pemeranan, yaitu guru dan siswa memulai role playing, mengukuhkan role playing, serta menyudahi role playing.
f.       Tahap 6: Diskusi dan evaluasi, yaitu guru dan siswa me-review pemeranan (kejadian, posisi, kenyataan), mendiskusikan fokus-fokus utama, serta mengembangkan pemeranan selanjutnya.
g.      Tahap 7: Pemeranan kembali, yaitu guru dan siswa memainkan peran yang berbeda, serta guru memberikan masukan atau alternatif perilaku dalam langkah selanjutnya.
h.      Tahap 8: Diskusi dan evaluasi yang dilakukan seperti pada tahap 6.
i.        Tahap 9: Sharing dan generalisasi pengalaman, yaitu guru dan siswa menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain yang mungkin muncul, serta guru menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.

2.    Menurut E. Mulyasa dalam bukunya “Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”
a.       Menghangatkan suasana dan motivasi peserta didik
b.      Memilih partisipan/peran
c.       Menyusun tahap-tahap peran
d.      Menyiapkan pengamat
e.       Pemeranan
f.       Diskusi dan evaluasi
g.      Pemeranan ulang
h.      Diskusi dan evaluasi tahap dua
i.        Membagi pengalaman dan mengambil keputusan

3. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih dalam bukunya “Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi”
a.     Memperkenalkan masalah dan memilih pemain (memperkenalkan dan menjelaskan masalah, menjelaskan permainan peran, menguraikan peran, serta memilih pemegang peran).
b.      Mempersiapkan permainan dan pengamat (menjelaskan urutan langkah, menegaskan peranan, dan penjiwaan peranan, serta membagi tugas pengamatan dan apa yang diamati).
c.    Melaksanakan permainan (tiap pemeran memainkan peranannya, serta pengamat melakukan pengamatannya).
d.   Diskusi dan evaluasi (merangkum apa yang telah dimainkan, mendiskusikan fokus-fokus utama, dan memberikan saran perbaikan).
e.       Permainan ulang (mengulangi permainan dengan memperhatikan hasil diskusi).
f.  Tindak lanjut (menghubungkan dengan kehidupan nyata dan menemukan prinsip-prinsip umum).

4.    Menurut Hamzah B. Uno dalam bukunya “Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif”
a.       Pemanasan (warming up)
b.      Memilih partisipan
c.       Menyiapkan pengamat (observer)
d.      Menata panggung
e.       Memainkan peran (manggung)
f.       Diskusi dan evaluasi
g.      Memainkan peran ulang (manggung ulang)
h.      Diskusi dan evaluasi kedua
i.        Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Keberhasilan bermain peran bergantung pada kemampuan dalam mengungkap pengalaman pribadi peserta didik. Di samping terdapat aneka ragam pengalaman, dalam hal tertentu dimungkinkan ada kesamaan pengalaman di antara peserta didik. Berdasarkan kesamaan pengalaman ini ditarik suatu generalisasi.

Melalui bermain peran, peserta didik dapat berlatih untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Kelas dapat diibaratkan sebagai suatu kehidupan sosial tempat para peserta didik belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.



[1] Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Hlm: 26.
[2] Sukmadinata, Nana Syaodih dan Erliana Syaodih. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Hlm: 153.
[3] Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Hlm: 113
[4] Opcit. Hlm. 115

Penulis : Bakhrul Ulum ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) ini dipublish oleh Bakhrul Ulum pada hari Saturday, 14 May 2016. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)
 

0 comments:

Post a Comment