Sejak tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meggiatkan
Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Peumbuhan Budi
Pekerti, yang mana GLN memfokuskan pada enam gerakan literasi dasar, di antaranya
literasi numerasi. Literasi numerasi merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan
konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari
(misal: di rumah, pekeraanm dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan
sebagai warga negara), serta kemampuan untuk mengiterpretasi informasi
kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Melihat hal itu, literasi
numerasi sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita
sebagai guru selayaknya memberikan pembelajaran literasi numerasi yang terbaik
bagi anak didik kita, sebagaimana tayangan video yang bersumber dari RumahBelajar berikut ini:
Video tersebut merupakan praktik-praktik baik di pendidikan dasar di Kabupate Dompu, Nusa Tenggara Barat. Pada tayangan video tersebut, bagaimana seorang guru dapat membuat inovasi media pembelajaran numerasi dengan memanfaatkan barang bekas serta memperhatikan kearifan dan nilai-nilai budaya lokal. Berikut inovasi media pembelajaran numerasi pada tayangan video tersebut:
Media Gelas Tambora Beromor (Siti Nursaodah, S.Pd. guru SDN 07
Pekat)
Media gelas tambora bernomor digunakan untuk mengenal lambang
bilangan 1-10. Penggunaan media ini, berawal dari permasalahan siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengenal lambang bilangan 5, 6, dan 9. Selain itu, pembuatan
media dengan menggunakan bahan-bahan lokal, agar siswa tidan merasa asing
dengan media yang digunakan. Cara menggunaan media ini adalah siswa melemparkan
bola ke gelas tambora bernomor sesuai dengan bilangan yang ada pada dada
mereka. Media gelas tambora bernomor, selain digunakan utuk mengenal bilangan
1-10, tetapi juga dapat digunakan untuk penjumlahan.
Media Kopaja/Kotak Pelangi Ajaib (Amirudin, S.Pd. guru SDN 01
Kempo)
Media kopaja digunakan dalam mengajarkan materi KPK dan FPB.
Inovasi pembuatan media ini berawal dari ketidakaktifan siswa di dalam kelas,
serta domiasi guru. Media kopaja dibuat dari kotak korek api bekas, yang
kemudian diberikan warna seperti pelangi, sedangkan ajaibnya adalah bagaimana
benda-benda dari barang bekas dapat menyelesaikan sebuah masalah. Dengan pemberian
warna yang seperti pelangi ini, sebagai langkah awal untuk menarik siswa agar lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran matematika, sehingga nantinya juga
dapat dibarengi dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Media Boneka Onembolo dan Siambolo (M. Asrul Riady guru SDN 01
Dompu)
Penggunaan media Boneka Onembolo dan Siambolo berawal dari
rendahnya nilai rata-rata siswa, serta masih digunakannya metode pembelajaran
secara konvensional oleh guru (ceramah). Media Boneka Onembolo dan Siambolo
digunkan dalam operasi hitung bulat. Selain itu, Onembolo dan Siambolo yang
merupakan simbol budaya Dompu, diharapkan setelah pembelajaran usai, siswa
dapat mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter dalam pembelajaran
matematika. Di samping, meningkatnya hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan tayangan video tersebut, memberikan pelajaran kepada
kita sebagai guru agar selalu berinovasi dalam meciptakan media pembelajaran.
Media pembelajaran tidak harus mahal, bisa terbuat dari barang-barang bekas,
seperti media Kopaja yang terbuat dari kotak korek api bekas. Selain itu, media
yang kita buat harus dekat dengan siswa, dengan kata lain tidak asing bagi
siswa, mudah ditemui di lingkungan siswa, serta bagaimana kita juga dapat
mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter dalam media pembelajaran,
sebagaimana media media gelas tambora bernomor dan media Boneka Onembolo dan
Siambolo.