SD NEGERI 4 PENGANJURAN BANYUWANGI

Selasa, 29 Maret 2016

Diawali dengan sarapan di hotel Baru Banyuwangi, kemudian kita warga Dikdas Unesa Kelas P2TK H bergegas menuju ke SD Negeri 4 Penganjuran Banyuwangi tuk melakukan studi lapangan di sekolah yang pertama. Bermodal dengan google map kita menuju nich sekolahan. Eitss.. ternyata.. eh.. ternyata... kita salah jalan saudara saudara, dan harus putar haluan, ketika kita tanya sama seseorang di pinggir jalan. L L

Tak sampai 10 menit kita sampai di nich sekolahan, bak tamu istimewa kita disambut oleh beberapa guru dan kepala sekolah yang sudah berjajar di halaman, dan kita pun langsung dipersilahkan masuk ke aula sekolah untuk mengikuti serentetan acara studi lapangan yang sudah dipersiapkan oleh sekolah. Dan yang bikin kaget kita, ternyata di dalam aula juga sudah ada Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Banyuwangi, Pengawas UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Banyuwangi, dan Pengawas Gugus. Wich.. wich.. mantapkan sambutan sekolah ini... J

Acara studi lapangan ini dipandu oleh seorang guru perempuan, yang tak tau sapa namanya, yang kemudian membacakan susunan acaranya, yang di antaranya sebagai berikut:
1.    Pembukaan, yang dibuka dengan ucapan basmalah
2.    Menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diiringi dengan organ oleh siswa
3. Sambutan penerimaan yang disampaikan oleh Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Banyuwangi.
4.    Pemaparan profil SD Negeri 4 Penganjuran oleh Kepala Sekolah
5.    Sambutan dari Ketua Prodi S2 Dikdas PPs Unesa
6.    Pelaksanaan Studi Lapangan (Tinjau lokasi)
7.    Pesan dan Kesan
8.    Pemberian Cindera Mata
9.    Penutup, dengan ucapan hamdalah dan dilanjut dengan sesi foto bersama.

Perasaan takjub muncul ketika pemaparan profil sekolah, berkali-kali tepuk tangan pun kita berikan dalam pemaparan profil sekolah dengan jumlah 889 siswa ini, di antaranya karena: prestasi siswa yang hampir tiap minggu ada, memiliki lebih dari 20 ekstrakurikuler, 20 guru berstatus honorer yang digaji dengan dana BOS, dan tentunya banyak lagi. Dalam pemaparannya Ibu Kepala Sekolah memeparkan tentang sekolah yang berdaya mutu, selain harus memenuhi 8 standar pendidikan yang sudah ditentutukan, sekolah harus punya nilai unggul yang lain, meskipun itu sulit dicapai kata Ibu Kepala Sekolah. Untuk SD Negeri 4 Penganjuran terdapat lima yang diunggulkan di antaranya Manajemen Pembelajaran, Manajemen Berbasis Sekolah, Ekstrakurikuler, UKS, dan Perpustakaan.
Sesuai dengan pemaparan tersebut, untuk studi lapangan yang kita galih lebih lanjut adalah kelima aspek tersebut. Kita dibagi menjadi 4 kelompok (UKS dan Perpustakaan dijadikan satu), dan kebetulan saya kebagian tentang manajemen pembelajaran.

Dengan narasumber Bapak Rahmad, kita pun menggali lebih dalam tentang manajemen pembelajaran di nich sekolahan, pertama kita ditunjukkan dengan berbagai buku yang sudah tertata rapi di meja, yach.. kita ditunjukkan buku administrasi kelas yang wajib dimiliki oleh seorang guru. Kita satu per satu ditunjukkan buku tersebut, tahu nggak berapa jumlahnya??, 36 buku administrasi yang harus dimiliki oleh seorang guru, di antaranya: silabus, program mingguan, buku keuangan, buku penerimaan raport, buku rameng, buku notulen rapat, buku santunan, buku administrasi kelas, buku inventaris kelas, buku tamu, bank soal, dan sebagainya.

Setelah melihat ke-36 buku tersebut beserta isinya, kitapun diajak tinjau lokasi melihat bagaimana proses pembelajaran yang ada di SD Negeri 4 Penganjuran ini, dan kitapun masuk ke kelas 3 C kalau nggak salah. Kitapun kembali dibuat takjub oleh guru kelas ini, portofolio kelasnya tersusun rapi dan lengkap, dan beliau sempat bercerita: “kalau sudah tersusun seperti ini enak, dulu saya ketika sertifikasi nggak bingung lagi, tinggal nunjukkan foto-foto ini.” salut dah buat ibu satu ini.
Sayang, kita dibatasi oleh yang namanya waktu, untuk tinjau lokasi pun telah usai dan kita harus kembali ke aula, untuk melanjutkan kegiatan berikutnya. Dan kegiatan berikutnya pun merupakan akhir kegiatan studi lapangan di SD Negeri 4 Penganjuran, hanya kesan dari perwakilan kita, penutup, dan foto bersama.


Terima kasih Kepala Sekolah, Guru, Staff, dan Karyawan SD Negeri 4 Penganjuran Banyuwangi yang telah menerima kami dengan tangan terbuka untuk belajar di sekolah yang luar biasa ini, semoga kita nantinya dapat menerapkan apa yang telah kami peroleh di sekolah ini... Amin





 

LET’S GO FIELD TRIP

Senin (28/3) merupakan hari yang dinanti-nanti oleh warga Dikdas Unesa 2015 Kelas P2TK H, karena apa? Perrsiapan panjang yang harus kita siapkan, mulai dari mulai dari berburu batik yang cetar membahana di Pulau Madura, survey lokasi ke Kabupaten Banyuwangi, berburu proposal ke kakak tingkat, dan harus bolak-balik ke gedung K.09 untuk menanyakan kapan dana cair, hingga bikin malu sang PK karena seringnya tanya.. hehehe.

Pukul 22.15 Wib tepatnya kita berangkat ke Kabupaten Banyuwangi dengan ditemani dua orang dosen pendamping, dan kehormatan sekali bagi kita bisa langsung di dampingi oleh Ketua Prodi S2 Pendidikan Dasar (Ibu Prof. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd.) dan Sekretaris Prodi S2 Pendidikan Dasar (Bapak Dr. Waspodo Tjipto Subroto, M.Pd.). Malam itu kita berkumpul di depan gerbang kampus Unesa Ketintang, tau nggak gimana barang bawaan kita-kita, terutama sang perempuan, sampai pakai koper?, dan ada yang nyeletuk pas itu, katanya bawa koper, karena gara-gara tereleminasi, polling smsnya paling rendah... hehehehe.


Setelah barang bawaan semua masuk bagasi, akhirnya let’s go menuju kota the sunrise of java. oh yach.. untuk perjalanan dari Unesa kita hanya didampingi oleh Bapak Waspodo, dan untuk Prof. Wahyu menunggu di jalan dekat rumahnya di Pasuruan. Awal-awal perjalanan tak henti-hentinya tuk bergurau layaknya anak-anak sekolah yang mau wisata, mulai dari ngecomblangin yang masih single dengan pindah tempat duduk, hingga sing a song. Tau nggak gara-gara kelakuan kita-kita yang super ini, sang supir dan sang kernet bertanya-tanya?? Apa bener ini mahasiswa S2??.. Bener nggak temen-temen?? J J

Capek dengan sing a song, kita dipertontonkan sebuah film asing, entah apa judulnya, yang hingga membuat kita tertidur pulas, dan tahu-tahu bus sudah berhenti di rest area di Kabupaten Situbondo. Kita pun turun untuk sekedar meluruskan kaki yang selama perjalanan ketekuk hingga ke toilet. Sedikit capek udah terbuang, perjalanan menuju kota Gandrung pun dilanjutkan. Nggak tahu berapa jam lagi yang harus kita tempuh untuk perjalanan selanjutnya.

Ketika selama perjalanan, kita disuguhi oleh pemandangan yang sangat luar biasa, mulai dari hutan di Taman Nasional Baluran hingga laut dan pantai, kalau nggak salah Pantai Watu Dodol. Tahu sampai di nich pantai, perjalanan sudah sedikit lagi, karena sudah masuk di Kabupaten Banyuwangi. Kita memasuki nich Kabupaten udah masuk waktu Subuh, dan sebelum kita ke hotel tuk persiapan studi lapangan, kita berhenti di SPBU untuk menjalankan sholat subuh. Dan ketika sudah melaksanakan nich kewajiban, salah seorang dari kita nanya-nanya ma seorang pedagang minuman, berapa jauh lagi menuju ke Banyuwangi Kota, katanya sich nggak sampai 30 menit, berarti sebentar lagi kita sampai. #asyik

Perjalanan pun dilanjutkan menuju ke Hotel Baru Banyuwangi, yang sudah kita booking sebelumnya, untuk tempat istirahat selama kita melakukan studi lapangan. Yapz.. bener apa yang dikatakan oleh pedagangan minuman tadi, kurang dari 30 menit kita akhirnya sampai di Hotel Baru Banyuwangi yang berada di Jalan MT. Haryono No. 82-84 Banyuwangi.


 

REVIEW JURNAL

Sumber jurnal:
Susanne Koerber, dkk. 2015. The Development of Scientific Thingking in Elementary School: A Comprehensive Inventory. Journal of Child Development. 28 (1), 327-336.

Hasil Review:

1
Latar Belakang
Berpikir ilmiah telah menjadi bidang kajian yang penting dalam perkembangan kognituf sejak Inhelder dan Piaget (1958), selain itu berpikir ilmiah tidak hanya bisa dikembangan mulai usia remaja, melainkan mulai usia sekolah dasar, bahkan usia prasekolah (Ruffman, Perner, Olson & Doherty, 1993; Zimmerman, 2007)
2.
Tujuan
Mengemukakan tentang konsep berpikir ilmiah yang didasarkan pada gagasan inti dari pemikiran ilmiah yang bersandar pada kemampuan untuk membedakan hipotesis dan teori dari data dan fakta, dan untuk mengordinasikan antara hipotesis dan fakta.
3.
Subyek Penelitian
Kelas
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Keterangan
2
581

800


778
80 kelas di 17 sekolah di Jerman
3
569
4
431
Total
1581
1578 (3 tidak diketahui)
4.
Instrumen Penelitian
66 cerita dengan konten permasalahan, yang disusun dalam 6 buku tes yang masing-masing berisi 10 item dan 8 item pilihan untuk kelas 2 dan 12 untuk kelas 3 dan 4.
5.
Analisis Data
Analisis Kovarian (ANCOVA)
6.
Hasil Penelitian
Berpikir ilmiah berkorelasi dengan kecerdasan (0,63) dan pemahaman teks (0,74).
7.
Ide
Menurut Mayer (2012), berpikir ilmiah bisa dipisahkan dari pemahaman teks dan kecerdasan, serta bisa digambarkan dengan kemampuan dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan instrumen yang bukan hanya bentuk pilihan, tetapi juga dalam bentuk terbuka.

Slide PowerPoint: Klik Di Sini
 

REVIEW JURNAL

Sumber jurnal:
John C. Deming, dkk. 2012. Scientific Literacy: Resurrecting the Phoenix with Thingking Skills. Journal of Science Educator. 21 (2), 10-17.
           
Hasil Review:
1
Latar Belakang
Hasil PISA yang menunjukkan menurunnya literasi sains di Amerika (tahun 2000 peringkat 14, dan tahun 2006 peringkat 21), dan hasil dari The National Assessment of Educational Progress yang menunjukkan 70% siswa kelas 8 dan 79% kelas 12 memiliki skor keterampilan sains yang rendah.
2.
Tujuan
Untuk menguraikan hubungan keterampilan berpikir ilmiah dengan pemahaman konseptual dan literasi.
3.
Subyek Penelitian
32 sekolah di 4 negara bagian Amerika Serikat (Illionos, Minnesota, Montana, dan Wisconsin)
4.
Instrumen Penelitian
Classroom Test of Science Reasoning (CTSR) dan Basic Skills Test (BST) untuk mengukur kemampuan berpikir ilmiah.
5.
Analisis Data
Teknik prsentase dengan perhitungan mean dan standar deviasi.
6.
Hasil Penelitian
n = 32 schools
Mean
Median
St. Dev.
Range
City population
68,119
10,202
148,661.2
221-594,833
School enrollment
809
573
604,1
34-2231
% Qualifying F-R lunch
33%
25,5%
24%
8% - 98%
7.
Ide
Bagaimanakah keterampilan berpikir ilmiah dan keterampilan literasi di negara Indonesia?, negara maju seperti Amerika Serikat tahun 2006 peringkat ke 21, bagaimana dengan negara Indonesia yang masih negara berkembang?,

Slide PowerPoint: Klik Di Sini
 

MODEL CONNECTED (TERHUBUNG)

A.  Apakah Model Connected?
Dalam pembelajaran terlihat bahwa antara satu mata pelajaran saling terpisah (berdiri sendiri-sendiri), masing-masing mata pelajaran memiliki konsep, keterampilan yang berbeda satu dengan lainnya. Sementara, pembelajaran tipe connected ini berfokus untuk menghubungkan (membuat/mencari hubungan) secara jelas dalam satu disiplin ilmu, menghubungkan topik satu dengan topik yang selanjutnya, menghubungkan konsep satu dengan konsep lain, menghubungkan keterampilan satu dengan keterampilan lain, menghubungkan pekerjaan/tugas hari ini dengan tugas di lain hari, materi/konsep satu semester dengan semester berikutnya. Guru sengaja menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, atau tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi. Model ini menghubungkan beberapa konsep, beberapa keterampilan, beberapa sikap, atau bahkan gabungan seperti keterampilan dengan sikap atau keterampilan dengan konsep yang terdapat pada mata pelajaran tertentu dalam satu mata pelajaran.
Kunci utama dari model connected (terhubung) adalah adanya usaha untuk menghubungkan materi, konsep, keterampilan dalam satu disiplin ilmu dengan asumsi bahwa siswa akan dapat secara otomatis memahami hubungan tersebut.
Contohnya: guru menghubungkan konsep pecahan dengan desimal kemudian menghubungkan/ mengaplikasikan  untuk materi uang, angka/satuan dll.

B.  Seperti Apakah Bentuk Model Connected?
Dicontohkan dalam kurikulum di sekolah dasar, digambarkan hubungan antara batuan dengan mesin, dari dua hal tersebut siswa akan secara eksplisit menginterpretasikan bahwa dua hal tersebut tidak memiliki hubungan yang jelas. Siwa akan melihat batuan dan mesin sebagai dua disiplin ilmu yang berbeda. Batu adalah materi dari ilmu bumi dan mesin dari mata pelajaran Fisika, sedangkan kita semua mengetahui bahwa kedua bidang ilmu tersebut adalah merupakan disiplin ilmu sains. Guru kemudian menjelaskan bahwa kedua ilmu tersebut disebut dengan istilah yang lebih luas yaitu sains (ilmu pengetahuan alam). Dengan penjelasan dari guru tersebut siswa dapat mendefinisikan pada diri mereka sendiri bahwa sains merupakan payung yang mengorganisasi (memayungi) beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran). Melalui pemahaman tersebut siswa melakukan kegiatan berpikir kritis yaitu memahami dan mengkonseptualkan dalam diri mereka bahwa sains adalah bidang ilmu pengetahuan.
Dalam sekolah tingkat menengah pertama, guru ilmu pengetahuan tentang bumi (ilmu bumi) menghubungkan mata pelajaran geologi dengan mata pelajaran astronomi dengan menghubungkan sifat evolusi masing-masing. Dengan/adanya kesamaan diantara keduanya unit/hal tersebut menjadi payung bagi siswa untuk bekerja melalui kedua unit tersebut, sehingga siswa dapat membuat hubungan yang jelas antara keduanya.

C.  Seperti Apakah Model Connected?
Siswa melihat hubungan antara bidang studi yang secara tradisional telah diajarkan secara terpisah. Berikut adalah kesaksian dari salah satu mantan mahasiswa, Eric J. Lerner:
"Saya menemukan ada perbedaan besar antara apa yang menjadi ketertarikan saya, mencoba memahami alam semesta, dan apa yang menjadi tujuan di kelas fisika kita. . . Saya terganggu dengan adanya kontradiksi logis dalam beberapa hal yang telah diajarkan. . . Akhirnya, saya mencapai titik di mana saya tidak bisa lagi menerima Hukum Kedua Termodinamika, "Lerner kenang.
Kira-kira, konsep yang menyatakan bahwa tingkat energi dalam sistem fisik cenderung bahkan keluar. Misalnya, memperkenalkan sedikit panas ke ruang dingin dan menguap ke seluruh ruang, dengan cepatnya menjadi tidak bisa dibedakan. "Pada skala besar, Hukum Kedua Termodinamika tampaknya untuk memperkuat teori Big Bang," Lerner menjelaskan. "Pada saat penciptaan, semua energi itu seharusnya terkonsentrasi pada satu titik dan alam semesta yang sangat terorganisir. Sejak saat itu, energinya telah menyebar sehingga alam semesta menjadi terus berkurang dan terbentuk bumi. "
Eric melanjutkan dan menemukan hubungan di antara keduanya saat ketika ia membuat koneksi:
"Lalu aku menyadari bahwa biologi bertentangan dengan Hukum Kedua dari Termodinamika," kata Lerner. "Pertimbangkan evolusi: bentuk kehidupan telah terbentuk dari kurang kompleks, seperti makhluk-sel tunggal, ke yang lebih kompleks, seperti manusia. Mengapa planet kita menjadi pengecualian? "Saya bertanya pada diri sendiri. Itu membuat saya menyadari ada sesuatu yang mendasar dan salah dengan teori Big Bang dan konsepsi bahwa alam semesta mengalir. "
Guru dapat memfasilitasi siswa dalam membuat hubungan antara mata pelajaran secara jelas.

D.  Apa Sajakah Kelebihan Model Connected?
Dengan menghubungkan ide/gagasan dalam satu disiplin ilmu/pelajaran, siswa memperoleh keuntungan memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh sehingga pembelajaran terfokus pada satu aspek. Di samping itu, konsep, keterampilan kunci/pokok dapat berkembang dari waktu ke waktu dan terinternalisasi dalam diri siswa. Keterhubungan antara konsep, topik, ide dalam satu mata pelajaran/disiplin ilmu memungkinkan siswa untuk meninjau, mengkonsep kembali, mengedit dan menyesuaikan ide secara bertahap dan memungkinkan untuk transfer ide/gagasan.

E.  Apa Sajakah Kekurangan Model Connected?
Ada beberapa mata pelajaran (materi, konsep, ide, keterampilan) yang tetap tidak dapat untuk dihubungkan meskipun keterhubungannya hanya dalam satu mata pelajaran itu sendiri. Guru tidak dianjurkan untuk bekerja secara bersama dalam model connected ini, jadi guru hanya fokus memadukan, menghubungkan konsep, topik, keterampilan dalam satu disiplin ilmu (mata pelajaran) tanpa menghubungkannya dengan lintas disiplin ilmu (mata pelajaran). Model connected berkonsentrasi untuk menghubungkan dan menggabungkan konsep, topik, keterampilan dalam satu disiplin ilmu (mata pelajaran) dan mengabaikan kemungkinan untuk upaya terkonsentrasi dan mengintegrasikan dalam kesempatan disiplin mengabaikan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan subjek lain (disiplin ilmu/mata pelajaranlain).

F.   Kapan Model Connected bermanfaat?

Model pembelajaran terpadu tipe Connected (terhubung) berguna sebagai langkah awal menuju kurikulum yang integral (terpadu).  Guru merasa yakin dalam mencari hubungan antar konsep, ide, topik dan keterampilan dalam satu disiplin ilmu (mata pelajaran). Dengan kemampuan/keahlian dalam menghubungkan konsep dalam satu disiplin ilmu, menjadikan mereka ahli/mudah untuk menghubungkan konsep, topik, keterampilan lintas disiplin ilmu (mata pelajaran). Juga  dalam hal pembuatan koneksi bisa dilakukan secara kolaboratif dalam pertemuan tim guru. Penggunaan model connected dalam suatu sekolah atau tingkat yang lebih tinggi oleh tim guru merupakan cara/strategi yang terbaik/bermanfaat untuk menghasilkan model integrasi/penggabungan yang lebih kompleks pada suatu saat nanti. Slide PowerPoint: Klik Disini