PETUALANGAN EMPAT HARI (HABIS)

Hari Jumat, adalah hari yang menurut sebagian orang pendek untuk jalan-jalan, karena terpotong oleh sholat jumat. Menurutku benar juga sich, nangung jika untuk jalan-jalan di pagi hari ketika hari jumat. Akhirnya kita putuskan untuk keluar setelah sholat jumat. Waktu kita habiskan hanya untuk tidur, nonton tv, dan makan. Oh yach.. salah satu di antara kita, ada yang ke kampus untuk mengurus administrasi perkuliahan sama dosen matakuliah Konsep Dasar Matematika.

Setelah teman pulang dari kampus, dan mencoba mengecek nilai di siakad, ternyata ada beberapa perubahan pada beberapa matakuliah, di antaranya Konsep Dasar PPKn dan itu terjadi pada kelas sebelah sich. Akhirnya, temanku mencoba konfirmasi kepada sang dosen, dan itu ternyata bisa memperbaiki nilai, dengan syarat mengumpulkan tugas kembali yang diperbaharui. Dengan semangat nilai yang bisa berubah, akhirnya temanku mencoba untuk memperbaiki tugas yang telah dikumpulkan pada pertemuan terakhir, dan nantinya akan dikumpulkan ke kampus setelah shalat Jumat.

Sholat Jumat usai, lansung tancap gas ke kampus untuk mengumpulkan tugas sang teman, tetapi sebelumnya mampir ke salah satu tempat fotokopi di gang PTT V, untuk ngeprint dan jilid tugas tersebut. Dengan kondisi yang memakai sarung dan baju koko, tak memungkinkan aku untuk ikut ke kampus nemani sang teman untuk mengumpulkan tugas tersebut, akhirnya aku putuskan untuk menunggu di tempat ngeprint sambil menikmati makan murah meriah dan familiar “pentol”.

Tugas udah terkumpul, meskipun ada cerita unik dibalik itu yang tidak patut dishare di sini, selanjutnya adalah waktunya untuk jalan-jalan melepas lelah. Akan tetapi sebelumnya, kita menemani teman yang lain, untuk mengecek motor di daerah Wonosari yang ditawarkan d jual beli online OLX dengan tujuan kalau cocok akan dibelinya. Tidak cocok dengan kondisi motor yang ada, akhirnya kita pamitan dengan yang punya motor untuk balik, dan kita lanjut ke SDN Banjarsugihan V tempat sang teman mengajar, untuk me-scan dokumen adiwiyata yang malam sebelumnya gagal dilakukan, karena scanernya nggak bisa dan ketika di foto ada nggak jelas ada bayang-bayang hitamnya.

Selesai dengan segala tugas dan pencariaan, kondisi perut yang sudah keroncongan saatnya untuk mencari makan. Ketika itu ada dua pilihan, mau menikmati suasana kompleks Singapuranya surabaya atau yang dekat-dekat saja. Ketika menikmati Singapuranya Surabaya, dengan keadaan seperti itu, pas banget dibuat untuk aktualisasi diri (foto-foto). Akhirnya, kita putuskan yang dekat-dekat saja dan searah dengan jalan pulang. Dan yang menjadi pilihan adalah “Bebek Ganas” masih di daerah Manukan. Hajat perut sudah terisi, saatnya untuk balik kanan pulang dan istirahat, dan untuk malam ini aku bermalam di kos teman yang berada di daerah Ketintang Barat, yang sungguh berbeda dengan malam sebelumnya.

Bebek Ganas Manukan


Kesesokan harinya...

Masih dengan misi yang sama persis dengan hari sebelumnya, yaitu mencari motor. Setengah hari kita habiskan untuk istirahat di kos sambil mencari-cari motor yang pas yang dijual di situs jual beli online OLX, baru setelah sholat Dhuhur kita beraksi menuju tempat motor tersebut, yang sebelumnya membuat janji dengan orang yang punya motor untuk ketemuan. Ketika itu ada beberapa lokasi untuk ketemuan di antaranya di daerah Ketintang Lama dan Kendangsari. Pertama, kita menuju ke tempat yang paling dengan yakni Ketintang Lama. Di sini ada pengalaman lucu, maklumlah kita semua anak perantauan yang tak tahu seluk beluk Surabaya. Ketika kita sampai di perempatan dari ketintang madya, aku dan temanku berhententi di depan gang, ketika itu kita berempat, karena sebelum aku berangkat ke lokasi ngecek di google map bahwasanya Ketintang Lama di daerah situ, akan tetapi menurut salah satu teman, kalau Ketintang Lama, pasti dekat dengan Ketintang Baru, akhirnya kita nurut saja sama sang teman itu, menuju Ketintang Baru.

Ketika perjalanan menuju ke Ketintang Baru, teman yang aku bonceng mencoba untuk membuka google map, di mana sich letakknya Ketintang Lama, dan engg.. ingg.. engg.. ternyata benar yang pertama ketika kita berhenti di depan gang, dan akhirnya kita pun putar haluan untuk balik. Dan sesampai di sana, kita menghubungi orang yang punya motor, dan kita janjian di daerah Masjid Al-Ikhlas. Kita di situ sampai adzan Sholat Ashar berkumandang, dan kita memutuskan untuk sholat terlebih dahulu, sebelum melanjutkan kemana lagi. Akan tetapi, ketika masuk masjid dan mencari sarung di dalam masjid, karena memakai celana pendek waktu itu, ternyata di masjid tersebut tidak disediakan sarung, akhirnya pun kembali ke kosan untuk sholat di kos.

Sesampai di kos dan setelah kewajiban sholat Ashar dilakukan, kita kembali diskusi mau mencari motor ke mana lagi, akan tetapi sang teman bilang udah cukup saja untuk hari ini, dilanjut saja nanti ketika selesai dari Banyuwangi. Oh yach.. kita ke Banyuwangi dalam agenda untuk survey lokasi untuk studi lapangan bulan Maret besok. Mengetahui seperti itu, kalau pencarian motornya cukup sampai disitu, akhirnya aku putuskan untuk pulang kampung, karena sudah empat hari tidak pulang, rasanya kanget banget.. hehehe J

Good Bye Surabaya, Come Back Pasuruan.. J


 

CINTA TERHALANG RESTU SANG AYAH


Judul                           : Tolonglah Hamba-Mu Ini...
Penulis                         : Sides Sudyarto Ds
Tahun Terbit                : Maret 2012
Penerbit                       : DIVA Press
Kota Terbit                  : Jogjakarta
Jumlah Halaman          : 227 halaman


Novel yang berjudul “Tolonglah Hamba-Mu Ini...” menceritakan tentang perjalanan kisah hidup dan cinta Siti Masyitoh (Itoh) dan Arief Wicaksana (Arief). Itoh dan Arief kenal sejak SMA, karena mereka teman satu sekolah. Sejak kecil, Itoh hidup bersama dengan neneknya, tidak ikut ayah dan bundanya yang tinggal di Brebes. Ia menjadi anak kandung neneknya yang memang sangat menyayanginya.

Di lain pihak, Arief adalah anak orang miskin, yang hidup dan tinggal di pedesaan. Ayahnya seorang dalang dan ibunya anak seorang kyai, dan merupakan santri asli. Ia ingin sekali mengentas ayah, bunda, dan dirinya sendiri dari lembah kemiskinan. Ia yakin, untu melawan kemiskinan, dia harus belajar keras dan bekerja keras. Maka, jadilah Arief kutu buku yang mempelajari banyak hal, ilmu apa pun. Baginya, ilmu adalah kekuatan atau modal perjuangan hidupnya. Lalu, di antra Arief dan Itoh timbul rasa saling percaya untuk saling menunggu. Arief menuggi selesai studinya, sedangkan Itoh menunggu restu ayahnya yang belum menerima kehadiran Arief.

Selama 5 tahun mereka menunggu, selama Arief kuliah di Jakarta, sedangkan pendidikan Itoh hanya sampai di Sarjana Muda, karena dia tidak mendapat restu dari sang ayah untuk merantau. Meskipun hanya sampai Sarjana Muda, Itoh memiliki pengetahuan yang luas, terutama pengetahuan agama, karena dia merupakan pemimpin pondok pesantren putri di rumah neneknya.

Seusai wisuda sarjananya, yang tanpa dihadiri sanak keluarga sama sekali, Arief kembali pulang ke desanya untuk menemui ayah dan ibunya, termasuk menemui Itoh. Ketika menemui Itoh, yang terjadi bahwasanya Itoh telah dijodohkan sama Arifullah oleh sang Ayah, tetapi Itoh berontak tidak mau. Mereka pun tidak bisa apa-apa, yang ada hanya menunggu kembali.

Sembari menunggu, mereka memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Itoh sibuk dengan pembangunan pondok pesantren putri di rumah Arief bersama dengan kedua orang tua Arief, sedangkan Arief sibuk membantu tiga temannya sewaktu kuliah sebagai konsultannya, yakni membantu Simangunson di Medan yang akan mendirikan Postmodern University, Eka Sari Estika di Yogyakarta yang akan membangun galery batik, dan Nyoman Puruhita di Bali yang mendirikan koran mingguan.

Saking sibuknya dengan tiga proyek tersebut, yang sering wira-wiri ke luar kota, Arief pun lupa akan menengok Itoh dan pembangunan pondok pesantrennya. Dan saking intensnya ketemuan dengan Eka Sari di sinilah muncul benih-benih cinta yang baru antara mereka berdua. Akan tetapi Arief tidak menjawabanya apa yang dikemukakan oleh Eka Sari, dia masih memegang teguh pendiriannya “ Saya lebih baik ditinggalkan, ketimbang meninggalkan. Saya lebih baik dikhianati ketimbang mengkhianati.”, ini menunjukkan bahwa Arief masih cinta dengan Itoh, lantas sampai kapankah?, hingga restu dari Ayah Itoh mereka dapatkan?.

Novel karya Sides Sudyarto Ds. ini dapat menjadi rekomendasi untuk dibaca atau menjadi koleksi pribadi, karena di dalam novel syarat dengan makna dan pelajaran hidup, terutama pemikiran Arief dan Itoh, yang mana seorang Arief yang lulusan sastra, bisa menjadi konsultan bagi teman-temannya yang sangat berbeda dengan latar belakang pendidikannya, karena apa? Salah satunya adalah budaya membaca. Selain itu, di dalam novel ini, banyak juga petuah-petuah jawa kuno, sehingga kita bisa belajar tentang kebudayaan daerah (Jawa dan Bali).

“Mamayu rahayuning salira. Mamayu rahayuning bangsa. Mamayu rahayuning bawono.”

(Berjuang untuk keselamatan diri sendiri. Berjuang untuk keselamatan bangsa. Berjuang untuk keselamatan Dunia)


 

TANAMAN DOLAR PENYEBAB LEUKIMIA, BENARKAH?

Jumat, 26 Pebruari 2016. Hari ini aku masih liburan semeter kuliah, jadi saya sempatkan untuk ke sekolah tempat aku mengabdi. Seperti biasa, di sekolah hanya duduk manis di kantor, karena sudah tidak punya jam mengajar, sudah bebas tugas dan sudah ada guru penggantinya.

Ketika, sedang berbincang-bincang dengan guru lain di kantor, tiba-tiba kepala sekolah ku memberikan sebuah info dari Whats App Messanggernya, bahwasanya ada sebuah tanaman yang dapat menyebabkan leukimia (kanker darah), dan sudah ada penelitian dari dokter. Kontan, aku dan guru-guru yang lain kaget, karena kemarin ada anak didik kelas 3A yang meninggal karena penyakit satu ini. Sambil melihatkan gambar di WA-nya, ternyata tanaman ini banyak di depan kelas-kelas, terutama di kelas 2. Kepala sekolahku pun menginstruksikan agar tanaman itu segera dimusnahkan, dengan cara dibakar, dan meyuruh guru-guru yang berada di kantor untuk memberitahukan kepada guru-guru yang lain, karena dirasa sangat bahaya. Ini isi WA Messangernya:

Yang WA ini teman saya yang juga dokter.

BAHAYA PENYAKIT LEUKIMIA !!!!

Adik ipar saya umur 31 tahun baru meninggal semalam disebabkan oleh Leukimia. Almarhum semasa hidupnya meneliti untuk gelar Master in Botanical di kampus USM mengkaji sejenis tumbuhain ini. Rekan satu tim research beliau sudah meninggal setahun yang lalu mengidap penyakit leukimia juga. Almarhum dapatbertahan hingga semalam. Memang hasil penelitiannya telah disahkan oleh pihak kampus USM dan pihak Kementrian Kesehatan bahwa Leukimia itu dapat ditimbulkan dari tumbuhan tersebut. Jadi cerita D Hizzad Bole penyebab kanker darah (Leukimia) ternyata terbukti.

Di China sudah cukup lama diketahui tentang bahaya tanaman ini, tapi hanya diberitakan surat kabar China saja. Sedangkan di tempat kita tanaman ini di rawat & dijadikan tanaman hias di rumah. PERHATIAN DAN WASPADA !!!

Jika ada tanaman ini di rumah, silakan secepatnya musnah dengan membakarnya sebelum tanaman berbunga karena dari bunganya menyebkan kanker daah (Leukimia). Silakan share.

Salah satu guru, meminta agar pesan WA tersebut di share ke guru-guru lewat WA juga dan di print. Karena kalau dari WA, nantinya harus menggunakan kabel USB untuk memindah data tersebut ke komputer, maka aku berinisiatif untuk langsung searching di google, dengan key word “tanaman penyebab leukimia”. Salah satu yang aku baca adalah detik news yang berjudul “Isu Tanaman Dolar Penyebab Leukimia”.

Dalam Detik News tersebut mengungkapkan bahwa pesan yang menyebar melalui WA tersebut adalah hoax atau tidak benar, karena hasil penelitan LIPI menyatakan bahwa tanaman ini termasuk ke dalam kelompok suku Araceae (talas-talasan) dengan nama latin Zamioculcas zamiifolia (Lodd.) Engl. Umumnya keluarga talas-talasan biasanya memiliki kandungan senyawa oksalat pada bagian tubuh tanaman. Senyawa oksalat bukanlah senyawa karsinogenik yang menjadi penyebab kanker, dan hanya menyebabkan gatal pada bagian tubuh manusia terutama bagian orang yang memiliki kulit yang sensitif.


Setelah membaca artikel di Detik News ini bahwasanya berita tersebut tidak benar, lantas aku memberitahu kepala sekolahku, dan beliau akhirnya membaca sendiri artikel tersebut. Mengetahui berita WA tersebut hoax, akhirnya beliau menarik instruksinya, dan meminta guru-guru yang berada di kantor mengecek guru-guru yang di kelas, agar tidak jadi memusnahkan tanaman tersebut, karena berita tersebut tidak benar.
 

PAWAI BUDAYA RAMAIKAN KABUPATEN SIDOARJO

Sidoarjo, (Minggu, 21 Pebruari 2016). Seperti biasa, kalau tidak ada kerjaan di pagi hari selalu buka facebook, dan pagi itu ada status salah satu teman kuliah, yang posting tentang pengen lihat tentang pawai budaya. Jadi aku pengen lihat juga. Tanya-tanya sama teman tersebut, dimulai jam berapa?, dan rute pawainya dari mana ke mana?, kata sang teman dimulai pukul 08.00 WIB. Akan tetapi, niatan untuk berangkat jam 07.30 WIB, dan cuaca yang mendung, membuat hasrat bangun dari tempat tidur enggan, jadi yang awalnya di planning jam 07.30 WIB, jadi berangkat pukul 08.30 WIB. Dipikiran sudah kebayang kalau pawai budaya sudah mulai, dan ketinggalan jauh. Karena pengalaman ketika lihat pawai budaya di Surabaya, sudah berjalan dan telat untuk melihatnya.

Ittsss.. sampai di depan stadion  jenggolo macet total, dan kebayang lagi ketinggalan jauh pawai budayanya, dan ketika sampai di depan SPBU, ternyata masih ada peserta pawai yang baru berangkat, dan niat hati mau lihat di alun-alun Sidoarjo, apa daya jalan yang sangat macet, jadinya balik haluan belok kanan di depan MI NU Pucang untuk lihat di GOR Delta.

Sesampai di GOR Delta, sudah banyak orang yang lagi Car Free Day (CFD) ada yang senam, lari, dan ada yang menemani anaknya lagi bermain di rumah balon. Putar dan terus berputar mengelilingi GOR Delta, sambil mencari tempat parkir, ternyata di sisi lain GOR Delta sudah disiapkan sebuah panggung hiburan. Akhirnya motor, ku parkir di depan pecel “Wahyu” dengan niatan sambil sarapan terlebih dahulu, seusai parkir motor.

 Perut keroncongan sudah terisi, kembali berputar-putar sekitaran GOR Delta sambil menunggu berlangsungnya pawai Budaya, hingga akhirnya berhenti di sebuah Indomaret untuk membeli minuman dingin. Penonton pawai pun sudah berjajar sepanjang jalan, tapi pawai belum sampai juga di jalanan yang kita tunggu. Hingga pukul 10.00 WIB akhirnya pawai budaya sampai di hadapan penonton, yang diawali dengan sebuah marching band, dan peserta pawai budaya yang pertama dari Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo. Hingga sampai peserta pawai budaya dari RSUD Kabupaten Sidoarjo pun berjalan lancar, tanpa ada halangan dari cuaca, dan setelah itu hujan pun mengguyur tanpa bisa diajak kompromi. Dan salutnya para peserta pawai masih berjalan santai, meskipun diguyur hujan dan para penontonnya minggir untuk berteduh.


Berselang kira-kira tiga puluh menit hujan mulai redah, meskipun hujan rintik-rintik, penontonpun kembali menepi ke pinggir jalan, akan tetapi yang tadinya sebelum hujan jalan pawai hanya dikerubuti manusia, sekarang juga dikerubungi oleh sepeda motor, dan ini membuat jalannya pawai agak semerawut, dan sempat terjadi ketegangan antara peserta pawai dengan pengendara motor. Dan di sebelah saya pun ada yang menyeletuk, kemana sich petugas keamanannya?, kok sampai bisa begini jadinya?, apa karena hujan mereka juga meneduh??, mungkin ini bisa dijadikan evaluasi ke depannya, ketika mengadakan pawai budaya tahun depan.

Antusiasme warga untuk menonton pawai budaya




Peserta Pawai Budaya















Ketika Hujan Turun, Apakah yang terjadi dengan penonton??





 

PETUALANGAN EMPAT HARI (PART 2)

Petualangan hari ini (Kamis, 11 Februari 2016) mau dilanjut kemana, belum tahu, yang ada kita persiapak fisik untuk mandi terlebih dahulu dan memanasi mesin motor. Mau ke makam Bung Karno Blitar, Rumah Kayu Batu, Paralayang, dan sebagainya. Akhirnya setelah fisik dan motor siap, tak tahu entah kemana, akhirnya sambil berjalan kita putuskan mencari tempat wisata sambil arah pulang ke Surabaya.

Sesampai di Singosari, kita melihat papan tentang Candi Singosari, akhirnya kita putuskan untuk kesana. Bermodal awal dengan hanya perasaan dan petunjuk arah, kita pun kebablasan hingga lumayan jauh. Ternyata petunjuk arah yang seharusnya menunjukkan kita menuju ke Candi Singosari itu roboh, karena ada perbaikan jalan. Dari tempat berhenti, karena merasa tidak ketemu-ketemu juga Candinya, kita bermodal google map hingga sampai di Candi Singosari.

Ketika itu Candi Singosari, menjadi lautan merah. Karena banyak anak SMK Penerbangan Sedati, Sidoarjo yang memakai seragam olah raga berwarna merah yang mebanjiri sekitaran candi, yang lagi studi wisata di sana, kurang lebih ada tujuh bis rombongan. Tidak kebayang kan bagaimana ramainya, hingga jalanan depan candi lumayan dibikin macet. Tidak memungkinkan untuk ke candi, akhirnya kita putuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu. Masih di sekitaran candi, mata tertuju pada sebuah gerobak makanan ibu-ibu yang jualan nasi jagung, tapi sayangnya nasinya sudah habis, jadinya putar haluan menyantap ayam goreng penyet. Seusai makan dan pasukan merah telah pergi meninggalkan kompleks candi Singosari, kita lantas masuk ke candi, tetapi sebelumnya kita mengisi buku tamu dan membayar retribusi seikhlasnya, buat perawatan candi.

Puas dengan foto-foto di kompleks candi Singosari, lanjut ke Kebun Teh Wonosari, tentunya dengan modal google map sebagai petunjuk arah. Sesampai di sana, gerimis pun mengundang, dan kita bertemu dengan pasukan merah lagi. Baru tahu kalau Kebun Teh Wonosari bisa digunakan sebagai wahana edukasi. Kalau saya amati, pasukan merah dibagi menjadi empat kelompok mungkin karena saking banyaknya, kelompok satu masuk ke dalam pabrik, mengamati proses bagaimana pengolahan teh, kelompok dua berkumpul di aula, mendengarkan seluk-beluk kebun teh, terletak di mana?, luasnya berapa?, dan sebagainya. Kelompok 3, bermain flying fox, dan kelompok 4 berkeliling seputar kebun teh.

Selain terkenal dengan wahana wisatanya, kota Malang juga terkenal dengan penghasil buah apel, jadi ada sesuatu yang kurang, jika berkunjung ke Malang tanpa membeli buah apel. Kita sempatkan sejenak mampir di pasar Lawang untuk membeli apel.

See you good bye Malang.... L

Lanjut perjalanan memasuki kabupaten Pasuruan, sepanjang jalan Purwodadi pedagang durian berjajar, niat hati teman untuk membeli, karena aku bilang tidak suka, baunya saja bikin pusing, jadi tidaklah jadi untuk membelinya, karena tidak enak makan sendirian. Dan akhirnya kita kita putuskan saja untuk berhenti di masjid Cheng Hoo Pandaan, sekalian menjalankan kewajiban sholat Dhuhur. Seperti biasa menu wajib ketika  di tempat wisata tanpa foto-foto, itulah yang kami lakukan sebelum meninggalkan komplek masjid Cheng Hoo, mulai di depan masjid, hingga papan nama masjid yang dekat dengan jalan raya.

Puas dengan hasil foto-foto, lanjut perjalan pulang ke kosan. Sesampai di bundaran Apollo Gempol, tiba-tiba hujan mengguyur. Kontan langsung berhenti tuk memakai jas hujan, dan kemudian lanjut perjalanan. Hujan mengguyur sampai Sidoarjo kota, tetapi jas hujan kita lepas di Alfamart daerah buduran, sekalian beli minuman, serta menikmati lumpia yang dijual seorang ibu-ibu di depan Alfamart. Ketika duduk santai di depan Alfamart, ada WA dari seorang teman kuliah, yang isinya diminta untuk datang ke kontrakannya, untuk bantu menyiapkan berkas sekolahnya untuk Adiwiyata menuju Provinsi. Hanya bisa menjawab Insya Allah.


Lelah dan letih sedikit menghilang, lanjut on the way kosan yang sudah di depan mata, tentunya bukan kosan ku, kosan sang teman. Sesampai di kosan, lanjut mandi, sholat ashar, dan rebahan hingga waktu sholat maghrib tiba. Setelah sholat maghrib, kita keluar untuk membeli lauk di warung tegal dekat kampus, karena nasinya sudah masak sendiri. Makan malam, shalat Isya’ lanjut menuju kontrakan teman yang meminta bantuan menyiapkan berkas Adiwiyata tadi, di daerah Pakis. Ternyata eh ternyata.. adalah tugasnya membuat slide power point dari point 1 sampai 4 dokumen Adiwiyata. Pada dasarnya dokumen itu sudah ada, guna Adiwiyata tingkat Kota dahulu, kita tinggal me-scan dokumen tersebut dan menampilkan pada slide, berhubung scannernya tidak bisa, kita mencoba dengan mefotonya, tapi yang ada, ada bayangan hitamnya, jadi tidak lah jadinya untuk me-scan malam ini, dilanjut besok ke sekolahan saja kata temanku, selain itu ada tugas lagi selain berkas adiwiyata, yakni membuat outline artikel ilmiah. Selesai dengan tugas itu, saatnya on the way pulau kapuk. J  

1. Candi Singosari - Malang





2. Kebun Teh Wonosari - Malang




3. Masjid Cheng Hoo - Pandaan - Pasuruan




4. Makan Ala Anak Kosan



5. Cayoo For Adiwiyata


 

WARUNG PAK D: BASE CAMP KELAS H

“Tak ada logistik, logika tak jalan”

Satu.. Dua.. Tiga.. Ambil...!!!
Memang benar kata-kata tersebut. Ketika perut dalam keadaan kosong dan keroncongan, logika tak jalan, macet, dan buntu, malas untuk berpikir. Itulah yang kita alami pada selama bulan Januari-Februari kemarin. Jadwal kuliah dipadatkan, yang seharusnya satu matakuliah, satu pertemuan dalam satu minggu, kini satu matakuliah harus ditempuh dua kali dalam satu minggu. Rutinitas dari pukul 07.00  hingga pukul 18.30 sudah menu wajib dari Senin hingga Kamis. Gak kebayangkan gimana capeknya..?? (sudah gak usah dibayangkan, ntar ngerasakan capeknya lagi lho..!!)

Ketika keluar kelas jam segitu, yang ada fisik dalam keadaan lelah dan lapar. Karena apa??, kadang kali tidak ada waktu untuk makan, yang ada hanya untuk waktu sholat sebentar, habis itu dilanjut dengan mengerjakan tugas dari sang dosen. (masih inget nggak teman-teman, dengan tugas yang harus ditulis tangan dengan berlembar-lembar kertas folio, dan belum lagi berebut penggaris.. J). Tetapi itu hanya alasan belaka, kalau kita pinter-pinter ngakali waktu kita masih bisa kok menimati makan siang di kantin pasca atau food court kampus. Bener nggak??. Meskipun udah makan siang segala, pulang ngampus jam segitu yach udah lapar lagi.

Udah menjadi kebiasaan kita, ketika pulang nyari makan sama-sama, selain menghilangkan lapar yang ada, juga buat nambah energi untuk ngelembur tugas berikutnya yang udah dikejar deadline. Udah beberapa kali warung makanan yang kita singgahi mulai dari masakan padang, mie ayam, nasi goreng, dan kawan-kawannya yang masih di sekitaran kampus tentunya. Ketika masih penjajakan untuk nyari warung makan yang pas, kita prinsip “Satu kali saja, yang penting pernah merasakan”, akan tetapi ketika kita menemukan Warung Pak D (Jalan Raya Ketintang), prinsip ini luntur, nggak tahu karena apa?? Apakah karena masakannya??, harganya??, atau bisa nambah sepuasnya?? Hehehe.. J

Pada awalnya kita bertujuh yang datang ke Warung Pak D, nggak tahu menu andalannya apa??, dan pramusaji membawa menunya, kita sepakat memilih paket hemat (maklum mahasiswa, ngirit... J) tetapi itu tidak ada, itu khusus untuk makan siang. Lantas sang pramusaji menawarkan menu paketan, ternyata disitu kita bisa menambah nasi, es teh, cah kangkung, urap-urap, tempe sepuasnya, kecuali mujaer dan ayam bakar. (tapi malu juga sich.. kalau berkali-kali memanggil pramusaji untuk minta tambah.. J). Karena apa hayo minta nambah berulang-ulang??, karena saking laparnya yang seharian tidak makan, pada berebutan takut tidak kebagian, piring cah kangkung, tempe, dan kawan-kawannya belum sampai ditaruh sudah habis duluan. (Tapi, perbuatan konyol atau lucu seperti inilah yang selalu akan selalu dikenang #semoga).


Berawal dari pengalaman pertama inilah, akhirnya kita sering mangkal di Warung Pak D dan sudah seperti base camp, yang awalnya bertujuh, sekarang bisa dua kali lipatnya hingga gak muat gazebonya hehehehe J. Saking seringnya ke Warung Pak D, ketika kita parkir motor, pramusajinya pun udah ketawa-ketawi, saking hapalnya kepada kita. (mereka mungkin mikir apes kedatangan kita, karena kelakukan kita seperti itu hahaha.. J). Kata salah seorang teman nggak apa-apa, pembeli adalah raja, kapan lagi dimanjakan seperti itu... hehehe #dasar. Tapi benar juga sich.. kapan lagi makan bisa dilayani dan bisa nambah makanan selain di Warung Pak D, kalau sudah di kosan sudah masak sendiri, dan serba sendiri. 

sebelum makan jeprat-jepret dulu ... JJJ


wich.. wich,, menunya banyak kale...!!


udah Bu Hera.. jangan eksis terus,, fokus makan, 
seperti Pak Nasrul dan Bu Irma


Saking lapar atau doyannya nich, hingga nggak 
berbekas sama sekali
 

PETUALANGAN EMPAT HARI (BAGIAN 1)

Libur panjang ada sebuah harapan yang selalu ditunggu-tunggu ketika beraktifitas padat, tetapi kebalikannya ketika kita sudah mendapatkan liburan panjang seperti saya sekarang, selama sebulan yang ada bosan, karena tidak aktifitas yang dilakukan, hanya tidur, makan, sholat, nonton tv. Kegiatan yang monoton yang tidak menuntut banyak gerak, yang biasa naik turun tangga K2, ke perpus, ke kantin, dan sholat di musholla depan kampus, yang ada sekarang duduk diam santai. Dan salah satu kegiatan yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang adalah liburan ke luar kota, dan inilah yang aku lakukan bersama seorang teman kuliah dari Pulau Borneo pada hari Rabu (10 Februari 2016) kemarin ke Kota Batu dan Malang. Liburan ini sebenarnya nggak ada perencanaan sama sekali, berawal dari Whatsapp Mesengger pada malam harinya yang hanya ngobrol masalah nilai kuliah, dan akhirnya berujung pada masalah liburan ke malang ini.

Rabu, 10 Februari 2016
Pukul 09.30 aku keluar rumah untuk memulai petualangan ini, akan tetapi saya tidak langsung ke Perempatan Purwosari, tempat janjian bertemu, karena dianya berangkat dari Surabaya. Aku harus ke tempat persewaan bis Pandhawa 87 di kelurahan Bakalan Kota Pasuruan terlebih dahulu untuk menanyakan harga bis, guna keperluan studi banding ke Kabupaten Banyuwangi bulan Maret besok. Lantas dari situlah, aku langsung menuju ke perempatan Purwosari tempat kita janjian. Dan ternayata ketika sampai di daerah Wonorejo ada masalah pada sang motor, dan aku mencoba menepi dan berhenti, ternyata yang terjadi adalah Rem. Jujur aku gak paham sama sekali masalah motor, dan ketika itu aku coba dengan ngerem beberapa kali, dan untungnya bisa. Dan dilanjutlah menuju perempatan Purwosari.

Sesampai di perempatan Purwosari, ternyata dianya belum sampai di TKP, dan aku tanyakan dianya sampai di Pandaan, lantas aku masuk ke Alfamart tuk membeli minuman, dan duduk di depan Alfa menunggunya. Tak lama kemudian, dia sampai di Purwosari, tak lantas kita bergegas ke Malang, kita menikmati bakso dulu di depan pasar Purwosari.

Lanjut perjalanan wisata, layaknya seperti guide wisata ku coba tuk menjelaskan kiri dan kanan selama perjalanan, seperti Kebun Raya Purwodadi, Bakpo Telo, dan lain-lainnya. Dan saking asyiknya ngobrol, yang awalnya mau belok di Bentoel atau lewat Karanglo itupun gak jadi, karena terlewatkan gara-gara asyik ngobrol, dan itupun baru nyadar ketika sampai di fly over Arjosari. Akhirnya kita pun lewat di Jalan Soekarno Hatta Utara, dan singgah sebentar di SPBU untuk mengisi bensin.

Masih bigung, tak tahu harus kemana untuk berwisata, akhirnya kita putuskan terlebih dahulu ke alun-alun Kota Batu. Yang namanya wisata, tentu tak lepas dari yang namanya foto-foto. Itupun demikian yang terjadi sama kita. Selesai parkir motor, lanjut untuk berfoto-foto ria, tentunya yang identik dengan Kota Batu, yang ada tulisan Kota Batunya. Setelah foto-foto sejenak, lanjut sholat Dhuhur terlebih dahulu di Masjid Agung.

Kewajiban Sholat udah dilaksanakan, lanjut untuk berwisata lagi. Masih di kawasan alun-alun kota Batu, kita mencoba untuk menikmati Kota Batu dari atas, kita naik biang lala dengan tiket Rp. 3.000,00. Dengan sekali putaran pada biang lala sudah cukup untuk menikmati kota Batu dari atas, kita teruskan dengan berfoto-foto di sekitaran alun-alun mulai dari air mancur, dan pastinya tulisan Kota Batu.

Sudah puas di alun-alun kota Batu, kita keliling lagi kota Batu tentunya tanpa tujuan, bingungpun melanda lagi, antara Jatim Park 1, Jatim Park 2, Museum Bagong, Museum Angkut, Selekta, dan sebagainya. Museum Angkutpun jadi pilihan. Ketika masuk di tiketing, suasana imlek masih terasa, dengan tiket Rp. 60.000,00 kita pun menikmati wahana satu ini. namanya musium angkut, sudah bisa ditebakkan isinya apa??.. yach, isinya adalah alat-alat transportasi atau alat angkut. Dari berbagai daerah di negeri ini, hingga yang ada di mancanegara. Banyak wawasan yang kita dapat tentang alat-alat transportasi yang kita ambil dari tempat ini, karena ada bagian yang menawarkan semacam teka-teki, yang perlu kita jawab, dan jawabannya sudah ada di baliknya, kita tinggal buka saja. Dan sayangnya adalah ketika masuk pada ruangan video, video diputar terus menerus meskipun tidak ada yang melihatnya, dan misalnya ketika seseorang sampai di ruangan ini, tentunya tayangan video sudah tidak dari awal, sudah sampai di tengah-tengah tayangan, seharusnya ini dikelola dengan lebih baik lagi, semacam diatur jadwal penanyangannya, sehingga seseorang yang ingin menikmatinya bisa dari awal hingga akhir, tanpa ada yang terputus.

Lelah menyusuri segala macam alat transportasi yang ada, dan banyak foto yang udah dikoleksi, dan perut sudah kerocongan. Masih di kawasan museum angkut, terdapat pasar apung yang menawarkan suvenir dan kuliner. Dan untuk mengganjal perut, kita beli bakpo dan ice cup untuk meneruskan lawatan wisata yang tak tahu kemana lagi, tetapi sebelumnya kita sholat Ashar terlebih dahulu di musholla museum angkut.

Haripun sudah menjelang malam, dan wahana wisata malam yang cukup spekta di Kota Batu adalah BNS, dan akhirnya kita putuskan untuk kesana. Bermodal dengan papan petunjuka yang ada di jalanan, karena sebelumnya belum pernah ke sana dengan naik motor, dan hampir sempat kesasar juga dan ragu benar atau tidak, akhirnya pun kita sampai di BNS.

Sebelum masuk BNS, kita sempatkan dulu untuk makan, kita pilih sebuah warung di sebalah barat BNS, kita pilih menuh nasi goreng mawut dengan es teh. Ketika menyantap nasi goreng, ternyata cuaca tidak bersahabat, gerimis menyambut mau masuk BNS. Tetapi itu tidak menyurutkan kita untuk memasukinya. Seusai makan, kita nyari parkiran untuk sepeda motor, akhirnya kita parkir pinggir jalan, sebelah ATM BRI.

Tiket seharga Rp. 20.000,00 untuk masuk BNS pun sudah ditangan, kita mencoba menyusuri satu per satu wahana permainan yang ada, pertama kita pilih untuk menaiki kursi terbang dengan tiket seharga Rp. 13.000,00. Naik wahana satu ini memang membuat deg-degan seperti dilempar, tetapi mengasyikkan juga kok. Setelah menaiki kursi terbang ini, ternyata hujan semakin deras, untuk mencoba wahana permainan yang lain tentu tak memungkinkan akhirnya kita putuskan untuk ke pusat oleh-oleh (night market), yang ada kita hanya keliling saja, tanpa membeli apa pun, hanya untuk menghindari hujan agar tidak basah.

Akhirnya hujan agak sedikit reda, wahana permainan sudah kembali bisa nikmati. Kita pun keluar dari night market, dan menyusuri kembali wahana permainan yang ada. Dan kita tertarik untuk mencoba rumah hantu. Dengan tiket Rp. 13.000,00 lagi kita memasuki rumah hantu. Untuk di rumah hanti ini, kita bisa jalan kaki atau naik kereta. Meskipun ketika mau masuk dipikiran sudah tidak takut, karena semuanya adalah bohongan, yang ada tetap menyeramkan, karena suara teriakan pengunjung yang lainnya yang bikin kaget.

Seusai dari rumah hantu, kita kembali menyusuri wahana permainan yang ada, mulai dari rumah lampion, rumah kaca, video 4D, dan sebagainya, tetapi tidak memungkin kita untuk mencobanya, karena hujan semakin deras. Dan kita putuskan untuk duduk di food court, menikmati pisang goreng dan juice. Lebih dari satu jam kita, kita duduk terpaku di food court gara-gara hujan, dan meskipun masih gerimis kita putuskan untuk keluar dari food court untuk menyusuri yang lain.

Mata kita langsung tertuju pada trampolin dan di sebelahnya, tidak tahu lupa apa namanya. Ketika kita mau membeli tiket, ternyata hujan deras kembali mengguyur, dan kita pun kembali duduk di depan wahana kursi terbang bersama dengan mahasiswa politeknik yang lagi melaksanakan praktik industri.

Lebih dari satu jam pula, dihabiskan untuk duduk di tempat ini. Waktu yang sangat membosankan, hanya duduk manis, mainin hand phone, liat orang wira-wiri hujan-hujanan. Setalah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk, saatnya membeli suvenir yang sebenarnya, kalau yang pertama hanya jalan-jalan untuk menghindari hujan, kalau yang ini adalah yang hakiki. Dan kita tertarik dengan kaos yang bertuliskan khas malang, seperti silsilah keluarga dan petunjuk arah wisata kota Batu.

Setelah keluar dari BNS, kebingungan pun kembali melanda, mau kemanakah selanjutnya. Yang seharusnya kita menginap di tempat masing-masing teman, ternyata ketika dihubungi kedua teman tidak ada yang menjawab, karena sudah larut malam. Yang menjadi pikiran kita pertama kali adalah mandi, dan SPBU menjadi sasaran pertama, akan tetapi ini tidak terlaksana karena sepanjang jalan kita tidak menemukannya, hingga kita sampai di Alun-alun kota Malang.

Berputar sepanjang alun-alun, dengan keadaan yang sepi, mungkin karena hujan. Kita kembali mencoba untuk mencari SPBU, dan kami sempatkan terlebih dahulu untuk membeli perlengkapan mandi si sebuah Alfamart. Lanjut kembali menyusuri jalan untuk menyari SPBU, dan ternyata jalan yang kami susuri kembali ke arah Batu, dan kitapun akhirnya menemukan sebuah SPBU. Dan anehnya ketika di SPBU yang ada kita bingung dan malas untuk mandi, kitapun mencoba untuk searching di google, untuk penginapan murah di malang, dan kitapun akhirnya menginap di Jonas homestay di daerah Jl. Dr. Soetomo dekatnya balai kota Malang dengan tarif Rp. 100.000,00.

Lega mendapatkan tempat istirahat, mandi menjadi hal pertama yang dilakukan, meskipun perut sudah keroncongan, karena mandi hanya dipagi hari ketika mau berangkat. Setelah selesai mandi, kita meminta ijin ke penjaga home stay untuk keluar sebentar untuk mencari makan. Kembali menyusuri jalan yang tak tahu kemana, karena tadi waktu mencari home stay melewati balai kota, ingat kalau disitu dengan dengan stasiun kota baru, pasti disitu banyak orang yang jual makanan, dan kita putuskan untuk mencoba ke sana. Dan baru tahu, kalau sekarang ada centra PKL yang sudah tertata rapi, sehingga enak makannya. Dan menunyapun bervariasi.


Usai mengisi perut, saatnya kembali ke home stay untuk istirahat setelah seharian menguras tenaga yang begitu banyak untuk berwisata.

1. Alun-alun Kota Batu



2. Museum Angkut











3. Batu Night Spectaculer