Pendidikan Seks Cegah Seks Bebas

Pendidikan Seks Cegah Seks Bebas

Dewasa ini, tanah air kita mengalami banyak peningkatan, peningkatannyapun bermacam-macam dan muncul dari berbagai sisi, mulai dari masalah perekonomian, pendidikan, pemerintahan, sampai gaya hidup warga negara kita yang mengalami peningkatan, baik itu meningkat ke arah positif atau negatif.
Tidak dapat dipungkiri lagi, meningkatnya gaya hidup para kaum elit dengan dompet yang “beresolusi tinggi” telah memakmurkan pub-pub dan mall-mall di kota-kota besar. Budaya shopping dan gaya hidup berlebihan dari keluarga dengan ekonomi mumpuni membuat orang-orang dengan ekonomi biasa atau malah terlalu biasa hanya bisa gigit jari, bagi orang yang cukup lapang mungkin dapat menerima keadaan meskipun harus dengan menahan air ludah, tetapi siapapun di dunia ini tahu bahwa perbedaan adalah suatu keniscayaan, dan tidak semua orang menyikapi hal itu dengan berlapang dada, karena tidak sedikit yang merasa sakit hati dengan hasilnya. Dan tidak sedikit yang ingin menyamai kaum elit, namun dengan cara yang cukup ekstrem dan target dari rasa iri itu mayoritasnya adalah remaja.
Di tengah gemerlapnya dunia remaja yang kini semakin meremang-remang adalah budaya free sex, sebagai contoh ironis manifestasi dari gaya hidup metropolis yang telah mewabah ke perkampungan dan desa-desa, untuk seorang wanita menjadi “piala bergilir” atas nama ‘anak gaul” bukan lagi hal memalukan dengan catatan ASTIMIL (Asal Tidak Hamil).
Di barat, seks sebelum nikah sudah sangat lumrah sekali. Jika seorang dari mereka bertanya pada temannya, maka pertanyaannya bukan lagi pertanyaan “apakah kamu sudah melakukan seks?”, melainkan “sudah berapa kali kamu melakukan seks?’. Sekarang bukan lagi hanya di barat, negara-negara Asia termasuk Indonesia dengan jumlah muslim terbanyak ikul terkena virus westrenisasi semacam itu. Seorang gadis rela direnggut virginitasnya oleh sang pacar, penyebab utamanya adalah dari acara-acara televisi dan internet yang makin lama dijadikan tuntunan mereka, dan salah satu penyebabnya adalah larinya perempuan dari kodrat sebagai “Imroatu al-sholiha” yang sesungguhnya. Jadi tidak heran lagi, kebobrokan moralitas barat yang kita saksikan di jaman jahiliyah modern ini.
Karena itu sebaiknya orang tua memberi pendidikan seks (sex education) pada anak usia dini secara bertahap sesuai usia dan perkembangan anak dan remaja, yang tujuannya adalah menjelaskan perbedaan serta fungsi alat-alat reproduksi laki-laki dan perempuan dalam berbagai tahapan kehidupan manusia. Selain itu, anak juga perlu diberi pemahaman tentang hubungan seks yang sehat, manfaat, kerugian, serta bahaya hubungan seks bila tidak dikendalikan atau disalahgunakan.
Pendidikan seks yang diberikan secara efektif, menurut Heru Tjahyono (Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana) dari segi kesehatan sangat besar manfaatnya, karena dapat mencegah hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, seperti: kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penularan penyakit infeksi seksual, dan penyalahgunaan NAPZA.
Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), setiap tahun terjadi 2,6 juta aborsi, artinya secara rata-rata setiap jam terjadi paling sedikit 296 kasus aborsi di Indonesia dan 20 persen pelaku aborsi adalah remaja.
Melihat angka yang sebegitubesarnya mengenai kasus aborsi yang terjadi di Indonesia, dirasa sangat efektif dan efisien apabila pendidikan seks dilakukan sejak dini, agar anak paham dan bisa bertanggung jawab atas penggunaan seksualitas yang merupakan anugerah dari Tuhan.

Persoalannya sekarang, seberapa banyakkah dari para orang tua di negeri ini menyadari tentang pentingnya pendidikan seks yang tepat buat anak-anak mereka…???.
 

Pendidikan Kewirausahaan (Entrepreneurship) dan Pengangguran

Pendidikan Kewirausahaan (Entrepreneurship) dan Pengangguran

Akhir-akhir ini, kita sering mendengar terus memuncaknya angka pengangguran. Orang banyak mengeluh atas pemecatan-pemecatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan atau pabrik yang gulung tikar di tengah perjalanannya menuju suatu tujuan. Banyak juga yang mengeluh karena sempitnya lahan kerja yang disediakan oleh pemerintah. Padahal bekerja tidak harus di tempat-tempat yang resmi seperti yang tersebut di atas. Tentu tidak efisien jika hal tersebut divonis sebagai penyebab banyaknya pengangguran.
Pengangguran adalah suatu predikat yang sudah tak pantas lagi diemban pada masa yang semua kemulusannya bergantung pada fulus (uang) ini. Langit tidak akan menurunkan hujan uang, bumi juga tidak akan mengeluarkan dolar, sudah saatnya generasi bangsa ini melanjutkan perjuangan nenek moyang dengan terus berkarya demi kemajuan bangsa Indonesia. Apalagi orang-orang yang sudah berkeluarga, sangat tidak efisien bagi mereka untuk berpangku tangan menunggu uluran tangan orang-orang yang lebih kaya dari mereka untuk menghidupi keluarganya. Dia harus terus berusaha mencari pekerjaan untuk membantu kelangsungan hidup keluarganya.
Di Indonesia, menurut BPS bulan Agustus 2010, ada 8,32 juta penduduk yang menganggur dan 24,7 persen (1 juta lebih) di antaranya adalah lulusan perguruan tinggi (terdiri dari diploma 12,78 persen dan sarjana 11,92 persen). Banyaknya jumlah sarjana yang menganggur disebabkan salah satunya karena rendahnya soft skill, yaitu kemampuan intrapersonal dan interpersonal seperti: kepemimpinan, rasa percaya diri, berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, kerjasama dalam tim, kecerdasan emosional, dan lain-lain.
Selain itu juga, pendidikan tinggi yang ada hanya menciptakan sarjana pencari kerja, bukan sarjana pencipta lapangan kerja. Hal itu yang membuat masyarakat Indonesia terbiasa makan gaji sehingga tidak mandiri dan tidak kreatif, serta disebabkan karena sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, peserta didiknya hanya dilatih berfikir kognitif alias menhafal dan mengulang, pengembangan idenya di pasung, digantikan dengan konfirmitas. Bakat tidak dibiarkan berkembang, karena semua orang sibuk mengejar nilai atau angka.
Salah satu solusi jitu untuk mengembangkan kreatifitas dan mengurangi pengangguran adalah mengembangkan pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship), karena seorang wirausaha adalah ibarat seorang yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas berkat kreatifitas yang dimilikinya.
Indonesia saat ini hanya memiliki 0,24 persen wirausaha dari total 238 juta penduduk. Padahal untuk menjadi negara maju, Indonesia butuh minimal 2 persen atau 4,76 juta wirausahawan. Berbeda jauh dengan negara Singapura yang 7,2 persen, Malaysia 2,1 persen, Thailand 4,1 persen, Korea Selatan 4 persen, dan Amerika Serikat yang 11,5 persen dari total penduduknya.
Semangat, jiwa dan sikap kewirausahaan dapat ditanamkan melalui institusi pendidikan. Semakin cepat semakin baik, bahkan seharusnya sudah ditanamkan di jenjang pendidikan anak usia dini. Sebab kreativitas membutuhkan pelatihan sejak dini. Misalnya berupa belajar menjahit, memasak, dan sebagainya, yang penting di sertai dengan kemauan yang kuat agar tujuan itu terlaksana.
Menganggur sudah tidak relevan dengan kehidupan modern yang penuh tantangan ini, seseorang hendaknya membiasakan dirinya untuk mencoba menghadapi hal-hal yang bermanfaat dan memungkinkan baginya untuk dikerjakan. Memang “All the beginning is difficult”. Namun, tak ada salahnya seseorang mulai bertahap, sebab Allah Swt. telah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mau mengubah diri mereka sendiri”

 Sumber:
1.   Abadi, Ridwan. 2011. “Business Mindset”. Disampaikan dalam Workshop Entrepreneurship pada tanggal 19 Februari 2011 di Universitas Negeri Malang.
2.   Ayid. 2005. “Kiat Menuju Hidup Sukses”. Dalam Buletin El-Wardah Edisi 159/XIX/Dzulhijjah 1425 H.-Januari 2005 M. Pasuruan.
3.   Bappeda Propinsi Jatim. 2011. “Solusi Dalam Pengentasan Pangangguran dan Keniskinan di Propinsi Jawa Timur”. Disampaikan dalam Seminar Nasional Perekonomian pada tanggal 23 April 2011 di Universitas Sunan Giri Surabaya.
4.   Depag. 1971. “Al-Qur’an dan Terjemahannya”.

5.   Lim, Hermanto dan Pitan Daslani. 2011. “Membedah Kebutuhan Pasar Kerja: Lulusan Universitas Tak Singkron dengan Kualifikasi Pekerjaan”. Dalam Majalah Campus Indonesia Edisi April 2011.
 

AKHLAK

AKHLAK

A.    Definisi Akhlak
Ø  Secara Etimologis.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Ø  Secara Terminologis.
Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.

B.     Hubungan Akhlak dengan Ilmu Lain
Ø  Hubungan Antara Akhlak dengan Psikologi.
Hubungan antara akhlak dengan psikologi mempunyai pertalian yang erat dan kuat. Objek penyelidikan psikologi adalah kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak, kebebasan, khayal, rasa kasih, kelezatan, dan rasa sakit. Adapun akhlak memerlukan apa yang dipersoalkan oleh ilmu jiwa tersebut. Dapat dikatakan bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah sebagai pendahuluan dalam ilmu akhlak.
Ø  Hubungan Antara Akhlak dengan Sosiologi.
Dalam ilmu akhlak mempelajari dan mengupas masalah perilaku, perbuatan manusia yang timbul dari kehendak. Sedangkan ilmu sosiologi mempersoalkan tentang kehidupan masyarakat. Dengan demikian ilmu akhlak erat hubungannya dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan). 
Ø  Hubungan Antara Akhlak dengan Ilmu Hukum.
Pokok pembicaraan kedua ilmu ini adalah perbuatan manusia, yang tujuannya mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaanya. Di mana akhlak memerintahkan untuk berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala apa yang mudarat. Sedang ilmu hukum tidak, karena banyak perbuatan yang baik dan berguna tidak diperintahkan dalam hukum. 
Ø  Hubungan Antara Akhlak dengan Iman.
Hubungan antara akhlak dengan iman sangat erat, hal tersebut disebabkan karena keduanya mempunyai titik pangkal yang sama, yaitu hati nurani. Jadi keduanya adalah merupakan gambaran jiwa/hati sanubari yang bersifat abstrak.
C.    Dasar dan Karakteristik Akhlak
Ø  Dasar Akhlak Islam.
Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya, sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam adalah Al-qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw., kedua sumber ajaran Islam yang pokok ini sudah diakui oleh semua umat Islam sebagai dalil naqli. Melalui kedua sumber inilah kita dapat membedakan mana akhlak yang baik (akhlak mahmudah) dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah).
Ø  Karakteristik Akhlak Islam.
Karakteristik akhlak Islam adalah ciri-ciri khusus yang ada dalam akhlak Islam, yang dapat membedakan dengan akhlak wadli’iyah (akhlak yang diciptakan oleh manusia). Adapun karakteristik akhlak Islam adalah sebagai berikut:
1.      Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah).
2.      Kebaikannya bersifat menyeluruh (al-shalahiyah al-‘ammah).
3.      Tetap langgeng dan mantap.
4.      Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab).
5.      Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah).

D.    Tujuan dan Manfaat Akhlak
Ø  Tujuan Akhlak
Secara garis besar, tujuan mempelajari akhlak dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Tujuan umum, yaitu menjadikan diri seorang muslim dengan akhlak yang luhur dan adab yang mulia, baik itu lahiriyah maupun batiniyah.
2.      Tujuan khusus memepelajari akhlak yaitu:
a.       Mensucikan jiwa insaniyah dari dengki, bohong, khianat, dan lainnya yang termasuk akhlak madzmumah.
b.       Supaya membiasakan diri untuk berakhlak mulia, seperti: jujur, bersikap baik, amanah, pemaaf dan lainnya yang termasuk dalam akhlak mahmudah.
Ø  Manfaat Akhlak
Suatu ilmu dipelajari karena ada manfaatnya, begitu juga dengan ilmu akhlak mengandung berbagai manfaat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan derajat manusia.
2.      Menuntun kepada kebaikan
3.      Manifestasi kesempurnaan iman.
4.      Keutamaan di hari kiamat.
5.      Kebutuhan pokok dalam keluarga.
6.      Membina kerukunan antar tetangga.
7.      Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.

E.     Aspek yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Ø  Insting adalah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengahkan dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula diterimanya.
Ø  Pola dasar bawaan (turunan), sifat anak mewarisi dari sifat-sifat orang tua mereka, tetapi ia juga menjaga kepribadiannya dengan beberapa sifat-sifat yang tertentu, tidak dicampuri oleh orang tuanya. Sifat-sifat yang dapat memperbedakan dengan lainnya dalam bentuk warna, perasaan, akal, dan akhlaknya. Dan sifat-sifat yang tertentu ini diwarisi oleh orang-orang yang akan datang dengan dapat memelihara kepribadiannya.
Ø  Lingkungan, manusia apabila tumbuh dalam lingkungan yang baik, terdiri dari rumah yang teratur, sekolah yang maju dan kawan yang sopan, serta mempunyai undang-undang yang adil dan beragama dengan agama yang benar, tentu akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya tentu akan menjadi orang yang jahat.
Ø  Kebiasaan, adalah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Orang berbuat baik atau buruk karena dua faktor dari kebiasaan, yaitu kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu.
Ø  Kehendak, suatau perbuatan ada dasar yang berdasar atas kehendak dan bukan kehendak. Suatu perbuatan hasil dari kehendak mengandung: perasaan, keinginan, pertimbangan dan azam yang disebut dengan kehendak.
Ø  Pendidikan, dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah akhlak, dengan itu siswa dapat tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesama dan penciptanya tuhan (tuhan).

F.     Pengertian dan Ukuran Baik dan Buruk Akhlak
Pengertian “baik” di sini adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya yang tidak berharga dan tidak berguna untuk tujuan, apabila yang merugikan, atau yang menyebabkan tidak tercapainya tujauan adalah “buruk”.
Mempersoalkan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka ukuran dan karakternya selalu dinamis, dan sulit dipecahkan. Namun demikian karakter baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur menurut fitrah manusia.
G.    Aliran Tentang Baik dan Buruk Akhlak
Ø  Aliran Hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa norma baik dan buruk yaitu “kebahagiaan”, karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik, dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Ø  Aliran Utilitarianisme, menurut aliran ini baik buruk di tentukan berdasarkan utility atau nilai daya guna.
Ø  Aliaran Intuitionisme, aliran ini berpendirian bahwa setiap manusia memepunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi, sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yan buruk adalah kekuatan naluri.
Ø  Aliran Evolutionisme, menurut paham ini segala perbuatan akhlak itu tumbuh dengan sederhana, dan mulai naik dan meningkat sedikit semi sedikit, lalu berjalan menuju kepada cita-cita, di mana cita-cita inilah yang menjadi tujuan.
Ø  Aliaran Idealisme, menurut aliran ini “kemauan” adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu kemauan yang baik adalah menjadi dasar pokok dalam etika Idealisme.
Ø  Aliran Tradisionalisme, adalah aliran yang berpendapat bahwa yang menjadi norma baik dan buruk ialah tradisi atau dat kebiasaan. Artinya sesuatu itu baik kalau sesuai dengan adat kebiasaan, dan sebaliknya sesuatu itu buruk bila menyalahi adat kebiasaan.
Ø  Aliaran Naturalisme, adalah aliran yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia yakni perbuatan yang sesuai dengan fitrah/naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin.

Ø  Aliran Theologis, yaitu aliran yang berpendapat bahwa yang menjadi ukurab baik dan buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan atas ajaran tuhan, apakah perbuatan itu diperintah atau dilarang-Nya.
 

Ayat-Ayat Al-Qur'an yang Berhubungan dengan Keimanan

Ayat-Ayat Al-Qur'an yang Berhubungan dengan Keimanan

1. Surah Al-Ikhlas Ayat 3-4
       لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan.
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

2.  Surah Luqman Ayat 22
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

3.  Surah Luqman Ayat 33
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.

4.   Surah Al-Furqan 59
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah tentang itu kepada Yang Maha Mengetahui.

5.   Surah Al-Hajj Ayat 78
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

6.   Surah Al-Fath Ayat 10
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

7. Surah Thaha Ayat 39
إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:` Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.

8.   Surah Ar-Rahman Ayat 27
وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ
Dan Allah telah membentangkan bumi untuk makhluk-Nya.

9.  Surah An-Nisa' 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya

10. Surah Ali Imran Ayat 83-85
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.

قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَالنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri".

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

11. Surah Al-Anbiya' ayat 92
إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu, maka sembahlah Aku. 
 

PONDOK RAMADHAN 1435 H SD DARUL ULUM

PONDOK RAMADHAN 1435 H SD DARUL ULUM














 

Tsunami Aceh: Sebuah Tadzkiroh Sang Kholiq



Tsunami Aceh: Sebuah Tadzkiroh Sang Kholiq

Minggu, 26 Desember 2004, hari dan tanggal yang tidak bakal terlupakan bagi warga Aceh, bahkan tak akan terlupakan juga bagi sebagian warga di negara Asia Afrika, yaitu: Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, Srilangka, India, Maladewa, Somalia dan Kenya. Ya, peristiwa gempa dan tsunami.
Peristiwa di ujung tahun 2004 itu, kini sudah hampir 10 tahun berlalu, tetapi hingga sekarang masih meninggalkan bekas kesedihan yang sangat mendalam bagi warga Indonesia. Kenapa tidak?. 173.741 jiwa meninggal dan 116.368 orang dinyatakan hilang.[1] Selain itu, akibat tsunami, tanah yang tadinya hijau subur, perumahan yang tadinya tertata dengan baik, hancur musnah hanya dalam hitungan jam dan tertinggal sampah serta tubuh-tubuh tidak bernyawa, serta menyebabkan hampir setengah juta orang jadi pengungsi.
Negara kita memang tidak pernah lepas dari yang namanya musibah dan bencana. Penderitaan karena bencana masih belum reda, muncul lagi penderitaan yang lain, yang juga diakibatkan oleh musibah atau bencana. Mulai dari bencana lumpur panas Lapindo Brantas yang menenggelamkan ribuan rumah di Kabupaten Sidoarjo, meletusnya gunung Sinabung dan Kelud, hingga tsunami Aceh yang meluluhlantakkan tanah rencong.
Anehnya, setiap terjadi bencana, pasti selalu faktor alam yang pertama kali dijadikan kambing hitam. Padahal alam bukanlah satu-satunya faktor penyebab datangnya suatu bencana, melainkan justru manusianyalah yang lebih mendominasi penyebab bencana ini terjadi. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Ar-Rum [30] ayat 41:
ظَهَرَالْفَسَادُفِى الْبَرِّوَالَبَحْرِبِمَاكَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْالَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (الروم: 41)
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. Ar-Rum [30]: 41)[2]
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa bencana tsunami yang terjadi di Aceh bukan hanya semata disebabkan oleh faktor alam, yakni diakibatkannya oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar terhadap air laut, misalnya pergeseran lempeng bumi, gempa bumi, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit[3], melainkan juga disebabkan oleh perbuatan tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab tersebut dilandasi karena sifat egois manusia yang hanya ingin meraup miliaran rupiah, misalnya pemerintah merelakan daerah-daerah resapan air yang seharusnya dilindungi justru dijadikan mall, tempat-tempat peristirahatan mewah serta sebagai tempat meeting para politisi, pejabat, dan pengusaha kaya. Serta pembukaan lahan baru, yang menggerus hutan lindung dan hutan konservasi hanya sekedar untuk penambangan.
Bencana besar karena ulah bejat manusia yang melampaui batas tersebut, semuanya karena sifat manusia yang acuh atau memang pura-pura acuh dalam menjaga serta melestarikan alam. Bahkan secara tidak langsung sedikit demi sedikit merusak alam yang sebenarnya justru karena alam itulah dapat membawa pengaruh besar bagi kehidupan bagi manusia. Hingga Allah Swt. mendatangkan azab tanpa memberi tempo waktu untuk berkemas dan menyelamatkan diri. Akan tetapi, meski sudah bertahun-tahun lamanya perbuatan manusia yang seperti itu, namun masih saja Allah Swt. memberi kehidupan yang enak bagi manusia di bumi ini, yang semestinya harus menerima balasan yang setimpal.
Misalnya, korupsi “berjamaah” yang terjadi di negara tercinta ini, yang sudah menjadi trend di lingkungan pejabat pemerintahan tingkat pusat hingga pada kepengurusan perangkat desa. Semuanya ikut andil besar dalam berkorupsi, dengan berbagai alasan yang berbeda-beda, mulai dari rasa kesetiakawanan, keadilan, dan sebagainya. Apalagi sekarang gaji para pejabat sudah dinaikkan, bahkan sekarang sudah ditambah dengan berbagai tunjangan yang lumayan besar. Lantas apalagi yang masih kurang?, sedang masyarakat kalangan bawah banting tulang siang malam untuk mengisi perut kosong anak-anak mereka.
Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Mas’ud dan Ibn ‘Asakir, Rasulullah Saw. menyatakan bahwa sumber azab dan malapetaka itu ada tiga, yaitu takabur (sombong), hasad (iri dan dengki), dan tamak (rakus).[4] Dari ketiga sifat tersebut, bila dikaitkan dengan uraian sebelumnya, yang saling terkait adalah sifat tamak (rakus). Dimana dalam uraiannya Abdul Halim Fathani mengatakan sifat rakus ini akan menumbuhkan sikap materialistis, egoistis, dan pragmatis. Jika sifat ini menimpa seseorang atau suatu bangsa, maka ia akan menjadi budak dari kehidupan dunia yang sifatnya sesaat, seperti materi, kedudukan, jabatan dan kekuasaan. Semua cara akan akan dihalalkan untuk meraihnya.
Allah Swt. berfirman dalam surah Ar-Rum [30] ayat 10:
ثُمَّ كَانَ عَقِبَةَ الَّذِيْنَ اَسَآءُوا السُّوْاٰى اَنْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللهِ وَكَانُوْابِهَايَسْتَهْزِءُوْنَ (الروم: 10)
Artinya: “Kemudian azab yang lebih buruk adalah kesudahan bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan. Karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.” (Qs. Ar-Rum[30]: 10)[5]
Dari ayat di atas bahwa rentetan bencana yang terjadi di negeri ini, seperti tsunami Aceh merupakan sebuah azab sekaligus tadzkiroh dari Yang Maha Berkuasa, bukan karena sebuah ujian. Sebab adanya ujian ditimpakan hanya kepada mereka yang beriman. Dan hanya orang yang kurang atau lemah imannya yang melakukan perbuatan yang tidak semestinya dilakukan oleh orang yang benar-benar takut kepada Allah Swt. semata. Sungguh berat memang, dulu hampir tidak pernah mengalami musibah dan bencana yang berkepanjangan seperti saat ini.
Bencana yang sering kita alami ini (termasuk tsunami Aceh) bukan lagi hanya karena fenomena alam saja, melainkan juga karena perilaku dan moral penghuni alam itu sendiri yang sudah mengalami dekadensi yang tajam. Biasanya orang-orang sadar terhadap apa yang mereka perbuat kalau bencana sudah menimpa kita. Kita juga seharusnya bisa lebih menyadari betapa lemah dan tidak berdayanya kita sebagai makhluk Allah Swt. dengan itu hendaknya kita lebih mendekatkan dan menyandarkan diri hanya pada Allah Swt semata. Maka kembali pada hati nurani kita masing-masing, akankah kita masih mau mengulangi perbuatan yang sama?, jawabannya pasti tidak. Karena kita tahu akibat dan hikmah dari suatu bencana yang terjadi di negeri ini.
Oleh karena itu, kita sebagai penghuni alam seharusnya “berdamai dengan bencana”, yakni dengan cara berdamai dengan alam. Artinya kita mempunyai kesadaran dan tanggung jawab sebagai pengejawantahan dalam menjaga alam, minimal di sekitar tempat tinggal kita. Tidak karena itu saja, kita juga harus lebih banyak merenungi dan mengintropeksi diri baik yang berhubungan dengan Sang Kholiq maupun dengan sesama penghuni alam semesta ini. Apakah selama ini kita melupakan hak-hak Sang Kholiq atau malah sebaliknya, melanggar dan menafikannya dalam hati? Atau masih belum cukupkah segala bencana dan musibah yang terjadi di negeri ini, agar kita kembali ke jalan benar Sang Kholiq?.

             

[1] https://inatnews.bmkg.go.id/new/about_inatews.php?urt=2
[2] Kementerian Agama RI, 2012, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata Dan Terjemahan Per Kata “At-Thayyibah”, hlm: 408
[3] http://wikipedia.org
[4] Abdul Halim Fathani, 2008, Ensiklopedi Hikmah: Memetik Buah Kehidupan di Kebun Hikmah, hlm: 676
[5] Kementerian Agama RI, 2012, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata Dan Terjemahan Per Kata “At-Thayyibah”, hlm: 408



<a href=”http://www.tdmrc.org/” title=”Lomba Blog Kebencanaan”>
<img src=”http://www.tdmrc.org/id/wp-content/uploads/2014/06/banner-lomba.png” border=”0″ /></a>